Diperkuat Modal dari Pembiayaan BRK Syariah, Abdul Manan Kini Miliki 2 Kilang Pengolahan Sagu Basah dan Usaha Turunannya
Target Cik Manan di tahun 2024 nanti, produksi dari kedua kilangnya itu meningkat hingga 400 tual perhari dengan menambah tong produksi dan tentunya menambah tenaga kerjanya yang saat ini 8 orang pekerja tetap, sementara pekerja harian lepas jumlahnya tidak terbatas dan disesuaikan dengan jumlah tual sagu yang akan dikupas.
"Saat ini saya sudah membuat biaya produksi menjadi lebih murah dengan mengganti mesin pemarut sagu menggunakan daya listrik. Sebelumnya masih menggunakan bahan bakar solar yang nilainya mencapai 7 juta rupiah perbulan, sedangkan dengan listrik hanya 1,5 juta rupiah perbulannya. Dengan menggunakan listrik ini saya jauh diuntungkan dalam proses pengolahan sagu kini sudah menjadi bahan pangan masyarakat dunia," sebutnya.
Selain memiliki dua kilang pengolahan sagu basah, Cik Manan juga membuka usaha sagu turunan yaitu pengolahan mi sagu yang diproduksi langsung oleh istrinya. Setiap bulan, usaha mi sagu Cik Manan ini memproduksi 2 ton tepung sagu dengan hasil menjadi mi sagu sebanyak 3,2 ton atau penjualan Rp 32 juta. Membuka usaha mi sagu ini juga terbantu dengan modal pembiayaan yang diperoleh dari BRK Syariah. Dimana BRK Syariah sangat mendukung pelaku UMKM di Desa Tohor ini untuk meningkatkan ekonomi melalui usahanya.
"Mi sagu olahan kita itu kulitasnya juga terbaik dan sangat bersih, karena kita menggunakan tepung sagu dari centra sagu ini. Bahkan mie sagu produksi kami itu dijual ke Kepri hingga Jakarta mencapai 400 kilogram per minggunya. Sisanya kita jual untuk di wilayah Riau, karena mi sagu olahan kita bisa tahan satu bulan tanpa harus disimpan dalam lemari es. Kalau disimpan dalam lemari es bisa lebih tahan lama lagi," kata Cik Manan yang sering diundang sebagai narasumber dalam tema pengolahan sagu yang ditaja oleh berbagai instansi hingga di tingkat kementerian.
Tidak hanya itu saja, Cik Manan juga dipercaya untuk mengelola Centra Sagu Terpadu Meranti oleh Pemda setempat. Ia ditunjuk sebagai Ketua Koperasi Produsen Sentra Sagu Terpadu. Centra Sagu Terpadu ini menampung dan mengolah sagu basah dari 18 kilang masyarakat sekitar dan menghasilkan rata-rata 8,5 ton tepung kering per hari. Produksi tersebut untuk pemenuhan pasar domestik, bahkan ekspor ke Malaysia.
"Tepung sagu meranti memang primadona. Beberapa daerah menggunakan tepung sagu kita ini untuk membuat bakso dan mpek-mpek, karena hasil olahannya memang lebih enak menggunakan tepung sagu dari Centra Sagu Terpadu ini. Permintaan sampai 200 ton perbulannya untuk daerah Jawa. Saya juga punya mimpi ingin membuka pabrik tepung sagu ini, karena melihat kebutuhan pasar yang terus meningkat. Saat ini yang kita kelola punya pemerintah, sementara kita sudah memiliki jaringan yang sangat banyak," sebutnya lagi.