Diperkuat Modal dari Pembiayaan BRK Syariah, Abdul Manan Kini Miliki 2 Kilang Pengolahan Sagu Basah dan Usaha Turunannya
Kala itu, Pria kelahiran Mei 1973 ini mengaku bersyukur mengenal program pembiayaan di Bank Riau Kepri Syariah (saat itu masih Bank Riau Kepri). Pada tahun kedua (2010) menjalankan kilang olahan sagu basahnya, Abdul Manan langsung mengajukan pembiayaan di Bank Riau Kepri. Permohonannya itu langsung direspon cepat oleh pihak Bank hingga Cik Manan dapat fokus mengembangkan usahanya.
“Ya Alhamdulillah selain bantuan dari keluarga, saat itu saya memang terbantu dengan pembiayaan dari Bank Riau Kepri, prosesnya di bank juga tidak sulit. Melihat permintaan pasar terus meningkat akan sagu basah ini, pada pembiayaan kedua di BRK Syariah kami ajukan Rp 500 juta. Lalu saya tambah buka 1 kilang lagi dan meningkatkan jumlah produksi mencapai 200 tual (potongan) perhari,” ujar Cik Manan.
Diceritakan Cik Manan, dengan meningkatnya jumlah produksi sagu basah setiap harinya, ia mulai bekerjasama dengan petani sagu yang merupakan masyarakat tempatan. Kerjasama ini juga ada beberapa sistem, mulai dari sewa lahan dengan bagi hasil kepada petani hingga membeli sagu petani yang baru ditanam. Dan bahkan ada petani yang mendapat hingga Rp 60 juta pertahunnya dari kerjasama ini.
“Sagu yang kita beli sekarang dengan petani itu, panennya bisa jadi 9 bulan atau satu tahun ke depan. Satu batang sagu itu kita beli dengan harga empat ratus ribu rupiah yang nantinya menjadi 9 tual (potongan). Ini juga sebagai modal kita untuk stok bahan baku, karena kita sudah memiliki 2 kilang pengolahan sagu basah ini,” kata suami dari Lili Andrianti itu.
Pada tahun pertama, produksi olahan sagu basah UMKM Keluarga Arifin Selamat ini mencapai 30 ton setiap bulannya. Namun dengan bertambahnya kilang baru, produksi meningkat menjadi 70 ton setiap bulannya. Hasil produksi sagu basah ini kemudian dijual ke Centra Sagu Terpadu milik Pemda Kepulauan Meranti untuk diolah menjadi tepung sagu.
"Sebenarnya jumlah produksi dari kedua kilang saya ini tidak mencukupi kebutuhan Centra Sagu. Namun karena di Sungai Tohor ini juga ada kilang lainnya, kebutuhan centra sagu dapat terpenuhi. Jika ditotalkan ada sekitar 700 ton sagu basah yang keluar dari Sungai Tohor ini setiap bulannya, ada sebagian dijual ke Centra Sagu ada juga yang langsung dijual kepada tengkulak untuk dieksport ke Malaysia," kata Cik Manan.