Hikmah Puasa Hari Ke 28, Meminta Pertolongan Allah Melalui Sabar dan Shalat
Jadi, “batas” sikap sabar adalah ketak-terbatasan. Sikap sabar yang dimunculkan manusia akan berujung pada ketak-terbatasan Sifat Maha Sabar Allah SWT yang terkandung dalam kata “ash-Shabûr”.
Karena itu, sifat sabar yang dimunculkan dan dipegang erat dalam diri manusia justru bersifat aktif (bukan pasif). Bersifat aktif maksudnya adalah jiwanya “bergerak aktif” menuju dan mendekat kepada Sang Maha Sabar, yakni Allah SWT.
Jika seseorang ditanya, dimanakah batas kesabaran manusia? Jawabnya, “batas” kesabaran manusia berada pada ketak-terbatasan Sang Maha Sabar (Allah SWT). Allah SWT berfirman:
يَا أََيُّهَا اَل ذِينََ آَمَن وا اَسْتَعِين وا بَِال صبْرَِ وََال صَلََةَِ إَََِۚ نَ اَللََّٰ مََعََ اَل صابِرِينََ۞ََ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah [2]: 153) Kemudian dalam kata shalat, Allah SWT menjelaskan sebuah literatur cara untuk mendekati dan sampai kepada-Nya. Kata dasar “Shalat” dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja (fi’lun) “shallã – yushallî”, yang artinya menyambungkan atau menghubungkan. Allah SWT berfirman:
إِ نَ اَللََّٰ وََمَلََئِكَتَهَ يَ صَلُّونََ عََلَى اَلن بِ يَِ يَََۚا أََيُّهَا اَل ذِينََ آَمَن وا صََلُّوا عََلَيْهَِ وََسَلِ موا تََسْلِيمًا ۞َ