Wartawan Afghanistan Meratapi Masa Depan yang Suram Bagi Kelangsungan Media di Bawah Pemerintahan Taliban
“[Itu] tidak ideal, tetapi lebih baik daripada dipenjara atau dibunuh,” katanya kepada Al Jazeera melalui telepon.
Meskipun beberapa warga Afghanistan telah memulai kembali pekerjaan mereka dari luar negeri, Butler mengatakan warga Afghanistan akan memiliki waktu yang jauh lebih sulit daripada orang-orang Myanmar ketika harus memulai kembali pekerjaan mereka di pengasingan.
“Di Myanmar, sudah ada lebih banyak preseden dan infrastruktur bagi jurnalis untuk beroperasi di pengasingan,” katanya.
Bagi Ahmadi, pelarian jurnalis sangat sulit untuk ditanggung karena media adalah salah satu industri di mana ribuan anak muda merasa didengar dan ditantang pada saat yang bersamaan. Ahmadi menggambarkan tahun-tahunnya di TOLO dan 1TV sebagai saat ketika dia “merasa bebas dan didukung”.
“Setiap kali kami memberikan ide kepada mereka, mereka akan berkata, 'Bagus, lakukanlah.' Benar-benar tidak ada hal yang membuat kami putus asa untuk mencobanya,” katanya, mengenang hari-harinya di dua stasiun TV papan atas negara itu.
Butler mengatakan CPJ berusaha menjalin kontak dengan Taliban untuk mengadvokasi hak-hak wartawan Afghanistan, tetapi sejauh ini terbukti sulit. Dia mengatakan Imarah Islam berjanji akan menyelidiki masalah ini, tetapi belum menyajikan temuan aktual apa pun.