Ketika Pertengkaran Steve Ballmer dan Bill Gates, Menghancurkan Salah Satu Perusahaan Ponsel Ternama Dunia
Di sisi lain, para eksekutif Nokia takut mengakui mutu sebenarnya sistem operasi Symbian yang dijalankan perangkat Nokia saat itu. Mereka khawatir jika mengakui hal tersebut, para investor, pemasok, dan terutama penggunanya, meninggalkan Nokia. Tapi mereka sadar, butuh waktu cukup lama untuk membangun sistem operasi yang bisa menyamai atau melampaui kualitas iOS buatan Apple. Di waktu yang sama, para manajer kelas atas mengintimidasi manajer level menengah, menuding mereka kurang ambisius untuk mencapai target.
Ancaman tersebut mendorong manajer level menengah akhirnya berbohong kepada jajaran yang lebih tinggi karena menurut mereka, tidak ada gunanya mengatakan hal yang sebenarnya. Manajer atas Nokia disebut kurang kompeten dalam urusan teknis, sehingga memengaruhi cara mereka menilai kualitas teknologi buatan mereka dalam menetapkan target dan keputusan.
Sementara, di Apple, posisi pimpinan diisi oleh para engineer. Salah satu blunder yang pernah dibuat adalah, para petinggi Nokia memutuskan untuk mengalokasikan sumber daya untuk mengembangkan perangkat ponsel baru, untuk memenuhi permintaan pasar dalam jangka pendek.
Mereka justru tidak memanfaatkannya untuk mencapai target jangka panjang, seperti mengembangkan sistem operasi baru.
Bisa dikatakan, politik internal, menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penyebab, kenapa Nokia bangkrut. Para pegawai saling melemahkan dan membuat perusahaan semakin rentan tergerus arus kompetisi. Manajer level atas gagal memotivasi manajer kelas menengah. Mereka memilih menggunakan pendekatan yang keras tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Budaya "ketakutan" yang kadung berjalan memengaruhi interaksi antar karyawan Nokia. Lambat laun, munculah sebuah fenomena yang disebut "miopia temporal" akibat beberapa faktor yang menumpuk.