Gara-gara 5 Faktor Ini, Rizal Ramli Prediksi Bakal Ada 'Kejutan' Akibat Krisis Ekonomi Saat Jelang Lebaran, Sungguh tak Terduga
Sedangkan terkait menurunnya daya beli masyarakat, Rizal mengaku sering menerima keluhan dari pedagang di Jakarta. Mereka mengakui penjualan merosot pada tahun 2019.
"Banyak tanya, apakah turun karena online? Saya katakan tidak. Karena ekonomi perdagangan online volume bisnisnya hanya 8 persen dari total perdagangan. Sisanya 92 persen perdagangan biasa, jadi tidak benar," jelasnya.
Menurut Rizal, merosotnya penjualan akibat turunnya daya beli masyarakat, terjadi karena pertumbuhan kredit di Indonesia hanya menyentuh angka 6,02%. Padahal, bila pertumbuham ekonomi mencapai angka normal di 6,5%, kredit akan tumbuh sekitar 15-18%.
"Tidak salah, daya beli turun, penjualan merosot. Pertumbuhan kredit hanya 1/3 dari angka normal, makanya penjualan susah banget, peredaran uang juga terbatas, karena tersedot untuk membayar hutang," tegasnya.
"Mengapa setiap Menkeu menerbitkan surat utang negara (SUN), 1/3 dana di bank itu tersedot dipakai untuk beli SUN karena dijamin 100 persen. Kemudian bunganya lebih mahal 2% dari deposito. Itulah mengapa di bawah uang seret sekali. Tahun ini prediksi saya pertumbuhan kredit 4 persen, akan lebih merosot lagi," lanjutnya.
Rizal juga menyorot kasus gagal bayar Jiwasraya oleh pemerintah. "Ini hanya sebagian total Rp33 triliun, tapi perkiraan saya ada reksadana yang nggak mampu bayar, dana pensiun dan lainnya, total Rp150 triliun. Jadi ekonomi kita ibarat petinju itu udah goyang kebanyakan utang, dengan gagal bayar ini ya jadinya krisis," paparnya.