Gara-gara 5 Faktor Ini, Rizal Ramli Prediksi Bakal Ada 'Kejutan' Akibat Krisis Ekonomi Saat Jelang Lebaran, Sungguh tak Terduga
RIAU24.COM - Ekonom Rizal Ramli kembali mengeluarkan prediksi terkait kondisi ekonomi Indonesia. Menurutnya, akan terjadi suatu hal besar di Indonesia sebagai dampak dari krisis ekonomi. Waktunya diperkirakan akan berlangsung menjelang Lebaran. Namun adalah imbas dari kejadian itu, yang menurutnya akan sangat luar biasa.
Sebab, sejarah membuktikan ada dua pemimpin di Indonesia yang lengser akibat krisis ekonomi. Keduanya, adalah Soekarno dan Soeharto.
"Kita lihat sejarah Indonesia, Bung Karno jatuh karena krisis ekonomi, Soeharto juga. Jadi sesuatu besar terjadi di Indonesia karena krisis ekonomi," ungkapnya di Surabaya Town Square, Minggu (8/3/2020) kemarin.
Dilansir detik, Rizal mengatakan dirinya melontarkan prediksi itu bukan tanpa alasan. Dikatakannya, saat ini ada lima hal penting di sektor ekonomi yang tengah memiliki masalah besar.
Kelimanya adalah indikator makro ekonomi yang merosot, lalu daya beli yang menurun. Selanjutnya, pemerintah yang gagal membayar Jiwasraya serta ekonomi digital mengalami koreksi valuasi dan yang terakhir gagal panen para petani.
"Nah kelima gelembung ini akan terjadi bersama. Kalau masih satu-satu terjadi bisa diatasi. Kalau semua terjadi bersamaan, bisa terjadi sesuatu yang besar di Indonesia sebelum Lebaran. Bisa terjadi perubahan politik di Indonesia, bukan karena ada oposisi yang hebat, tapi karena krisis itu sendiri menciptakan suatu perubahan," tegasnya.
"Ini kan sudah terjadi pelan-pelan, the beginning. Sebetulnya sudah 2 tahun lalu kami ingatin, bahwa Rizal Ramli ngomong begini, solusinya begini. Tapi pemerintah terlalu jumawa, padahal nggak ngerti-ngerti amat. Akhirnya masalah itu semakin besar, gelembungnya semakin besar," lanjutnya.
Rizal mengatakan, dirinya sering memprediksi bagaimana nasib ekonomi Indonesia. Ia yakin, banyak ramalannya di bidang makro, korporasi dan bisnis, hampir menjadi kenyataan semua.
"Bukan karena Rizal Ramli punya indra ke-6. Karena kita sudah terbiasa memonitor semua masalah dengan angka. Kita bikin prediksi, simulasi, sehingga ramalan itu kebanyakan terjadi semua. seperti contoh Soeharto dulu," terangnya.
Terkait lima faktor yang di atas yang bisa menyebabkan krisis, Rizal menjelaskan, pada indikator makro ekonomi, menurutnya angka saat ini turun dan merosot. Bahkan kondisinya lebih buruk dibanding era 10-15 tahun yang lalu.
"Dari defisit perdagangan, transaksi berjalan, balance anggaran, tax ratio dan lainnya. Kalau semua indikator makro merosot, harusnya rupiah melemah. Tapi tidak terjadi karena doping. Doping ini pemerintah pinjam uang besar dari luar negeri dengan bunga lebih mahal, agar rupiah menguat sedikit," jelasnya.
Menurutnya, doping di awal memang berjalan baik. Tapi ketika suatu ekonomi terus didoping dengan pinjaman, maka yang terjadi ekonomi akan kacau dan gelagapan.
Sedangkan terkait menurunnya daya beli masyarakat, Rizal mengaku sering menerima keluhan dari pedagang di Jakarta. Mereka mengakui penjualan merosot pada tahun 2019.
"Banyak tanya, apakah turun karena online? Saya katakan tidak. Karena ekonomi perdagangan online volume bisnisnya hanya 8 persen dari total perdagangan. Sisanya 92 persen perdagangan biasa, jadi tidak benar," jelasnya.
Menurut Rizal, merosotnya penjualan akibat turunnya daya beli masyarakat, terjadi karena pertumbuhan kredit di Indonesia hanya menyentuh angka 6,02%. Padahal, bila pertumbuham ekonomi mencapai angka normal di 6,5%, kredit akan tumbuh sekitar 15-18%.
"Tidak salah, daya beli turun, penjualan merosot. Pertumbuhan kredit hanya 1/3 dari angka normal, makanya penjualan susah banget, peredaran uang juga terbatas, karena tersedot untuk membayar hutang," tegasnya.
"Mengapa setiap Menkeu menerbitkan surat utang negara (SUN), 1/3 dana di bank itu tersedot dipakai untuk beli SUN karena dijamin 100 persen. Kemudian bunganya lebih mahal 2% dari deposito. Itulah mengapa di bawah uang seret sekali. Tahun ini prediksi saya pertumbuhan kredit 4 persen, akan lebih merosot lagi," lanjutnya.
Rizal juga menyorot kasus gagal bayar Jiwasraya oleh pemerintah. "Ini hanya sebagian total Rp33 triliun, tapi perkiraan saya ada reksadana yang nggak mampu bayar, dana pensiun dan lainnya, total Rp150 triliun. Jadi ekonomi kita ibarat petinju itu udah goyang kebanyakan utang, dengan gagal bayar ini ya jadinya krisis," paparnya.
Selanjutnya yang ke-4, Rizal melihat ekonomi digital akan mengalami koreksi valuasi. Dan yang terakhir, banyak petani di Indonesia gagal panen yang akan memperparah kondisi ekonomi.
"Karena harusnya mereka menanam padi pada September tahun lalu, tapi kekeringan luar biasa, akhirnya baru bisa tanam bulan Januari ini. Akhirnya panennya molor Mei-Juni," tandasnya.
Saat petani panen, lanjut Rizal, ternyata Bulog punya uang untuk membeli beras impor, meski memiliki utang Rp30 triliun.
"Di gudang, Bulog punya cadangan beras impor 1,7 juta ton. Jadi kasihan petani kita pas panen, yang beli nggak ada. Di desa itu sederhana, ada panen, ada uang, nah kalau nggak ada panen ya nggak ada uang, susah benar," ujarnya lagi. ***