Populasi Lajang di Korsel 'Meledak', Banyak Pria Tak Menikah gegara Ini
Menurunnya tingkat kesuburan menimbulkan masalah. Jika perempuan mempunyai banyak anak, kemungkinan paling sedikit satu anak laki-laki akan besar. Dengan hanya dua anak, kemungkinan keduanya tidak akan mempunyai anak laki-laki adalah sekitar 25 persen, dan jika perempuan hanya mempunyai satu anak, maka kemungkinannya kurang dari 50 persen.
Untuk memastikan bahwa keluarga akan terus memiliki anak laki-laki, banyak warga Korea Selatan yang beralih ke teknik untuk mengidentifikasi jenis kelamin janin, seperti pemeriksaan pada tahap awal kehamilan. Aborsi yang legal dan dapat diterima secara sosial di Korea Selatan, sering kali digunakan untuk memungkinkan keluarga memilih jenis kelamin anak mereka.
Di Korea Selatan, dimulai sekitar tahun 1980 dan berlangsung hingga sekitar tahun 2010 atau lebih, lebih banyak anak laki-laki yang lahir dibandingkan anak perempuan. Ketika anak laki-laki tambahan ini mencapai usia dewasa dan mulai mencari gadis Korea Selatan untuk dinikahi, banyak yang tidak berhasil.
Anak laki-laki tambahan yang lahir pada 1980an dan 1990an kini telah mencapai usia ideal untuk menikah, dan banyak dari mereka yang ingin menikah dan memulai sebuah keluarga. Masih banyak lagi yang akan mencapai usia menikah dalam dua dekade mendatang.
"Saya telah menghitung bahwa karena ketidakseimbangan rasio jenis kelamin di Korea Selatan antara tahun 1980 dan 2010, terdapat sekitar 700.000 hingga 800.000 anak laki-laki tambahan yang lahir," beber Dudley, dikutip dari CNA, Jumat (11/1/2024).
"Hal ini sudah berdampak pada masyarakat dimana selama berabad-abad hampir setiap orang diharapkan untuk menikah, dan pernikahan hampir bersifat universal. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Statistics Korea menunjukkan bahwa pada 2023, hanya sekitar 36 persen warga Korea Selatan yang berusia antara 19 dan 34 tahun ingin menikah, angka ini merupakan penurunan dari 56 persen pada tahun 2012." ***