Permintaan Maaf Israel Usai Setahun Tewasnya Jurnalis Al Jazeera
Hagari mengklaim bahwa Israel menghargai demokrasi. Dia menyebut bahwa Israel menginginkan wartawan merasa aman di Israel saat perang.
"Di Israel, kami menghargai demokrasi kami dan dalam demokrasi, kami melihat nilai tinggi dalam jurnalisme dan kebebasan pers. Kami menginginkan wartawan merasa aman di Israel, terutama pada masa perang, bahkan jika mereka mengkritik kami," tegas Hagari dalam pernyataannya.
Sementara itu, investigasi CNN pada Mei tahun lalu mengungkapkan bukti-bukti, termasuk dua video dari lokasi penembakan, yang menunjukkan tidak ada pertempuran aktif, ataupun keberadaan militan Palestina, di dekat Abu Akleh sebelum penembakan yang menewaskannya.
Rekaman video yang didapatkan CNN, diperkuat oleh keterangan delapan saksi mata, seorang analis audio forensik dan pakar senjata-peledak, menunjukkan bahwa tentara Israel membidik jurnalis veteran Al Jazeera itu.
Ketika IDF untuk pertama kalinya mengakui, pada September tahun lalu, bahwa ada 'kemungkinan besar' Abu Akleh 'secara tidak sengaja' tertembak dan terbunuh oleh tembakan Israel, Kantor Jenderal Advokat Militer menyatakan tidak berniat mengupayakan dakwaan atau penuntutan pidana terhadap tentara yang terlibat.
(***)