Kena 'Jebakan', Amerika Serikat Ngutang ke China Sebesar Rp 12.800 Triliun
Surplus yang terjadi sejak 1985 tentunya membuat pasokan dolar AS terus mengalir ke China. Dampaknya, kurs yuan tentunya akan menguat.
Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) pun melakukan intervensi, dengan membeli dolar AS yang melimpah tersebut. Nilai tukar yuan pun mampu dijaga untuk tidak terus menguat, guna menjaga keunggulan kompetitif.
Dengan nilai tukar yuan yang tetap lemah, maka barang-barang dari China menjadi lebih murah, permintaan ekspor pun tetap tinggi. China terus mencetak surplus perdagangan jumbo dengan Amerika Serikat.
Dolar AS terus mengalir ke Negeri Tiongkok, seperti biasa PBoC melakukan intervensi dengan membelinya. Alhasil, cadangan devisa PBoC dalam bentuk dolar AS menjadi sangat besar, yang kemudian diinvestasikan ke Treasury yang merupakan aset aman.
China yang mencatat surplus jumbo selama puluhan tahun membuat Presiden AS ke-45 Donald Trump gerah, hingga akhirnya mengobarkan perang dagang pada 2017 lalu.
Memanasnya tenis politik kedua negara membuat China terus menjual Treasury miliknya hingga berada di level terendah dalam 12 tahun terakhir.