Credit Suisse Babak Belur 20 Persen, Apakah Sudah di Ambang Kebangkrutan?
RIAU24.COM - Saham Credit Suisse kehilangan lebih dari seperempat nilai sahamnya pada Rabu (15/3/2023). HAl tersebeut terjadi lantaran munculnya kekhawatiran investor tentang kegagalan industri perbankan pascakejatuhan tiga bank di Amerika Serikat (AS).
Sebelum nilai sahamnya ambles, pemegang saham terbesar bank itu, Saudi National Bank, mengatakan bahwa mereka tidak akan menyuntikkan lebih banyak uang ke Credit Suisse, yang dilanda masalah panjang, bahkan sebelum kejatuhan bank di AS terjadi.
Gejolak tersebut menyebabkan penangguhan otomatis dalam perdagangan saham Credit Suisse di pasar Swiss dan membuat saham di bank-bank Eropa lainnya anjlok, beberapa dengan dua digit.
Saham Credit Suisse kehilangan sekitar 30% dari nilainya, turun menjadi sekitar 1,60 franc Swiss (Rp 26 ribu), sebelum kembali ke penurunan 24% pada 1,70 franc (Rp 28 ribu) di bursa saham SIX. Pada titik terendahnya, harga turun lebih dari 85% bila dibandingkan nilai pada Februari 2021.
Bank sentral Swiss mengatakan pada Rabu malam bahwa tingkat permodalan dan likuiditas di Credit Suisse memadai tetapi menekankan siap menyediakan likuiditas bagi lembaga jika diperlukan.
"Credit Suisse memenuhi kebutuhan modal dan likuiditas untuk bank-bank penting secara sistemik. Jika diperlukan, Bank Nasional Swiss (SNB) akan menyediakan likuiditas untuk Credit Suisse," kata pernyataan SNB dan regulator keuangan Swiss Finma mengatakan dalam pernyataan bersama dikutip CNBC International dan Al Jazeera.