Kisah Wanita Tersubur di Dunia, Punya 44 Anak di Usia 40 Tahun
Hiperovulasi memang bisa diobati, tetapi pengobatan dan perawatan masih sulit didapat di wilayah pedesaan Uganda.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Uganda, Charles Kiggundu mengatakan bahwa penyebab paling mungkin dari kondisi hiperovulasi yang dialami Nabatanzi adalah faktor genetik.
"Kasusnya adalah predisposisi genetik untuk hiperovulasi, melepaskan banyak sel telur dalam satu siklus, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki banyak kelahiran," kata Kiggundu.
Menurut Mayo Clinic, sindrom hiperstimulasi ovarium sebenarnya jarang terjadi. Namun, kondisi ini bisa memicu komplikasi yang berakibat fatal.
Misalnya, hiperovulasi bisa memicu penumpukan cairan di perut atau dada, pembekuan darah, gagal ginjal, ovarium terpuntir, dan masalah pernapasan. Kini, Nabatanzi hanya bisa berharap agar anak-anaknya bahagia.
(***)