Mengenal Thiwul, Kuliner Tradisional yang Lahir dari Penjajahan
RIAU24.COM - Warga Dusun Wintaos Girimulyo Panggang Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta sudah turun-temurun mengonsumsi Thiwul. Meski sempat tergeser popularitasnya oleh beras, Thiwul tetap dilestarikan.
Dikutip YouTube CNN Indonesia pada (17/8/22), cara membuat dan memasak Thiwul tak pernah berubah sejak zaman penjajahan Belanda.
Sekolah Pagesangan mengampanyekan kembali Thiwul sebagai makanan pokok asli Gunungkidul bersama perempuan-perempuan Wintaos.
“Kalau untuk masyarakat Gunungkidul itu sangat kompatibel sekali itu Thiwul ini. Makanya kenapa itu masih lekat sampai sekarang karena tradisi pangan di Gunungkidul itu kan menyimpan pangan hingga panen berikutnya,” kata Diah Widuretno selaku pendiri sekolah Pagesangan.
Di Wintaos kisah singkong atau manihot esculenta yang menjadi makanan pokok sudah ada setidaknya sejak tahun 1930.
“Ceritanya itu masih langka sama beras itu belum ada jarang ada beras itu. Terus tiap hari makannya Thiwul nanti kalau makan nasi itu banyak Thiwulnya daripada nasinya nanti terus dicampur sama lauk apa saja, sambal sama gereh sama sayur itu daun-daunan itu,” tutur Muji, warga Wintaos.