Kisah Kemiskinan Warga Kenya, Rela Menukar Harga Diri Demi Pembalut dan Jual Ginjal
Rela menukar “harga diri” demi membeli pembalut
Kemiskinan, tinggal di daerah terpencil, serta minimnya pengetahuan tentang menstruasi, membuat banyak gadis rela diajak berhubungan badan demi alat sanitasi. Di daerah kumuh seperti Nairobi, para gadis rela diajak berhubungan seks oleh para sopir bus, dengan imbalan akan diantar membeli pembalut.
Kenya.jpg" style="height:382px; width:663px" />
Mereka mengiyakan hal tersebut karena tidak punya pilihan lain. Di beberapa daerah terpencil seperti pedesaan, anak-anak perempuan bahkan sama sekali tidak menjumpai adanya pembalut. Saat menstruasi, mereka lebih sering menggunakan kain bekas, bulu ayam, koran, bahkan lumpur sebagai ganti pembalut.
Ibu-ibu berhenti menyusui karena tak punya cukup uang
Seorang ibu yang baru melahirkan seharusnya mengonsumsi segala makanan yang baik dan membuat ASI lancar. Namun, hal ini tidak terjadi di Kenya. Pada tahun 2021 lalu, kepala Unit Kesejahteraan Ibu dan Anak di Pusat Penelitian Kesehatan Penduduk Afrika (APHRC), Elizabeth Kimani mengatakan bahwa anak-anak di Kenya kebanyakan berhenti menyusui saat memasuki umur 6 bulan.