Meski Lulusan Oxford, Maudy Ayunda Dikecam Usai Terpilih Jadi Juru Bicara G20
Selain bahasa asli Indonesia, Maudy berbicara bahasa Inggris, Mandarin, dan Spanyol. Pada tahun 2020, ia disebut-sebut dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia sebagai sosok berpengaruh dalam kategori hiburan dan olahraga.
Maudy juga menjadi aktivis, mengkampanyekan penghapusan perbudakan modern, termasuk kerja paksa dan pernikahan.
Namun, para analis mengatakan kurangnya pengalamannya dalam diplomasi dapat menjadi risiko bagi Indonesia selama kepresidenan pertama G20. "Dia mungkin pernah kuliah di Oxford dan Stanford, tapi dia tidak punya pengalaman diplomasi luar negeri, yang harus dimiliki jika menjadi juru bicara di acara besar seperti G20," kata Ujang Komarudin, pengamat politik Indonesia Political Review. .
Ujang mengatakan, reputasi Jakarta bisa "tercoreng" jika Maudy tidak bisa menjawab pertanyaan tentang perkembangan geopolitik di saat perang Ukraina berdampak pada diplomasi internasional. Indonesia saat ini menghadapi boikot dari negara-negara Barat atas keputusannya mengundang Rusia ke pertemuan dan KTT G20, yang akan berlangsung di Bali pada November.
Menurut laporan Bloomberg minggu ini, pada konferensi pers pertama Maudy tentang perannya, dia "tampaknya mengabaikan pertanyaan tentang kehadiran [Presiden Rusia Vladimir] Putin. Penyelenggara mengatakan kepada wartawan untuk bertanya tentang kepribadiannya sebagai gantinya". Influencer tersebut mengatakan kepada Bloomberg bahwa pekerjaannya adalah "melaporkan hasil pertemuan G20 yang relevan dengan Indonesia" dan bukan pertanyaan sensitif seperti ketegangan geopolitik dunia.
“Maudy perlu belajar dan bekerja keras untuk memahami setiap momen dan agenda yang berkaitan dengan G20, jika tidak maka akan menjadi [reputasi] bunuh diri bagi Indonesia,” kata Ujang.