Di Indonesia, Wayang Kulit LGBTQ Memiliki Pesan Toleransi
RIAU24.COM - Dibully karena tidak "cukup maskulin", Bambang Priawan merasa sengsara. Priawan, seorang transgender, menyesali nasibnya sebagai bagian dari minoritas seksual di Indonesia, ditakdirkan untuk prasangka baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Di saat kesusahan Priawan, Betari Jaluwati, seorang dewi transgender, turun dari surga untuk menghiburnya. Gemerlap dalam rambutnya yang berwarna pelangi, dia menyuruh Priawan untuk berhenti putus asa. Yang maha kuasa, katanya, bukanlah laki-laki atau perempuan.
Berikut petikan pementasan wayang kulit Jawa kontemporer yang dibuat dan dibawakan oleh Ki Samidjan, 68 tahun, warga Gunung Kidul, Yogyakarta, dan putranya Kus Sri Antoro, 42 tahun, yang bertindak sebagai asistennya.
Tema LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, queer) masih kontroversial di Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Perilisan film superhero Hollywood Eternals baru-baru ini harus ditunda di Indonesia karena kecemasan publik atas adegan di mana dua pria berciuman. Adegan itu kemudian dihapus untuk penonton Indonesia.
Samidjan mengatakan bahwa intoleransi yang berkembang di negara itu yang mendorongnya untuk bertindak.