Di Indonesia, Wayang Kulit LGBTQ Memiliki Pesan Toleransi
“Betari Jaluwati dan Warya Bissunanda kami ciptakan sebagai tokoh wayang baru untuk mengungkapkan keprihatinan kami terhadap diskriminasi terhadap warga negara LGBTQ di negara kami, yang seringkali hak-haknya diinjak-injak oleh negara,” ujarnya.
Sekitar 60 persen komunitas transgender Yogyakarta pernah mengalami praktik diskriminatif oleh birokrasi lokal, menurut laporan Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta. Akibatnya, sebagian besar hak-hak dasar mereka seperti kartu identitas ditolak, yang tanpanya mereka tidak dapat melamar pekerjaan atau membuka rekening bank.
Samidjan mengatakan karakter LGBTQ-nya adalah bagian dari barisan "wayang marjinal", satu set wayang yang dirancang untuk mewakili kelompok-kelompok terpinggirkan dalam masyarakat Indonesia, termasuk petani kecil, buruh, dan penyandang disabilitas.
Dia mengatakan ide membuat "wayang marjinal" muncul di benaknya setelah mendengarkan tetangga buta mengeluh tentang prasangka yang dia hadapi sebagai orang tanpa penglihatan.
Sang dalang ingin membuat drama yang mendorong orang untuk peduli satu sama lain dan tidak menghakimi orang lain yang berbeda.
"Tidak ada yang memilih untuk dilahirkan berbeda; menjadi buta, menjadi gay atau trans. Saya tidak tahu apakah wayang saya akan mengubah sikap orang, tetapi saya hanya ingin menyampaikan pesan di sana."