Sejarah Indonesia : Kisah Pilu Bung Karno Saat Menikahkan Rachmawati Dalam Status Tahanan Negara, Wajah Bengkak Hingga Dikawal Ketat Oleh Tentara
Soeharto mengizinkan Soekarno menjadi wali nikah Rachma, namun dengan pengawalan ketat tentara. Saat itu, sang Proklamator, Ir Soekarno menghadiri pernikahan anak ketiganya, Rachmawati dalam kondisi pilu. Dalam foto itu, wajah Bung Karno tampak bengkak hingga diketahui berstatus tahanan.
“Hanya sekadar memberi restu nikahan anak saja diperlakukan tidak hormat. Tidak boleh melambaikan tangan ke massa. Pengawalan dengan senjata otomatis. Memangnya mau kabur ke mana? Bung Karno orang sakit yang sedang menjemput ajal,” ujar Roso Daras.
Pernikahan itu jauh dari kemewahan, dalam kondisi yang amat prihatin. Pernikahan cukup berlangsung di rumah Ibu Fatmawati di Jalan Sriwijaya Kebayoran. Bung Karno menghadiri pernikahan Rachmawati dalam kondisi sakit ginjal yang parah. Saat Bung Hatta datang ke pernikahan itu dan memberi selamat kepada Rachmawati. Tiba-tiba terbuka pintu ada beberapa tentara. di antara kerumunan tentara ada Bung Karno yang memakai jas hitam agak kedodoran dengan muka bengkak-bengkak datang ke pernikahan anaknya itu.
Ketika melihat kehadiran Bung Karno di sana, semua mata tertuju ke pintu. Beberapa orang meledak tangisnya termasuk Guntur. Hatta mengusap air mata dan tersedu-sedu melihat Soekarno. Fatmawati langsung berlari ke arah Soekarno dan menciumi suaminya itu. Soekarno berusaha tertawa tapi jelas ia sudah amat kepayahan. Di tengah kondisi pilu, Soekarno tampak bahagia karena bisa bertemu lagi dengan Fatmawati. Pertemuan itu mengharu-biru. Fatma, anak-anak, dan sahabatnya, Mohammad Hatta, berlinang air mata bahagia.
“Ibu kembali berjumpa dengan Bapak yang lemah karena sakit ginjalnya yang parah itu kambuh lagi. Aku mencucurkan air mata melihat Bapakku disambut dan dibimbing oleh Ibuku,” lanjut Rachmawati.
Suasana haru-biru mengelilingi pesta pernikahan sederhana itu. Betapa tidak, sejak Sukarno menikah lagi dengan Hartini pada 1953, Fatma memilih keluar dari Istana Negara dan pindah ke Kebayoran Baru. Akhirnya, di pernikahan Rachmamwati, Fatma mau berdamai dengan perasaannya. Terlebih melihat kondisi Sukarno yang lemah karena sakit, bahkan wajahnya bengkak.