Rezim Ulama Iran Terancam Runtuh, Kampanye 'Bukan Untuk Islam' Makin Meluas
RIAU24.COM - TEHERAN - Suasana politik dalam negeri Iran semakin memanas menyusul viralnya kampanye online yang diberi nama "Tidak untuk Republik Islam". Kampanye ini diprakarsai para pembangkang dan keoompok oposisi yang menyerukan penghapusan rezim ulama.
Kampanye "Tidak untuk Republik Islam", diluncurkan awal bulan ini oleh lebih dari 600 tokoh anti-rezim Iran di dalam dan luar negeri, termasuk aktivis politik, artis, atlet, dan akademisi. Tujuannya, menghapus rezim ulama, yang menurut para pegiat adalah hambatan utama untuk mencapai kebebasan, kemakmuran dan demokrasi di Iran.
Beberapa pengguna media sosial di Iran telah menyatakan dukungan untuk kampanye tersebut dengan mem-posting foto dengan kata-kata "Tidak untuk Republik Islam" yang tertulis di atas kertas atau di tangan mereka.
Dalam sebuah video yang dibagikan secara online, beberapa Ibu yang putranya dibunuh oleh pasukan keamanan Iran bergabung dalam kampanye tersebut dan juga mengumumkan boikot mereka terhadap pemilihan presiden Iran pada bulan Juni.
Manouchehr Bakhtiari, yang telah menjadi kritikus blak-blakan rezim di Iran sejak putranya; Pouya, tewas dalam protes anti-pemerintah pada November 2019, juga menyatakan dukungannya untuk kampanye tersebut dalam sebuah video yang dibagikan di Instagram.
Bakhtiari mendesak semua warga Iran untuk bergabung dalam kampanye di videonya.