Rezim Ulama Iran Terancam Runtuh, Kampanye 'Bukan Untuk Islam' Makin Meluas
Tujuan utama dari kampanye—yang tampaknya tidak akan berdampak langsung pada rezim di Teheran—tampaknya membangun kesamaan antara orang-orang Iran yang menentang rezim ulama.
Mantan putra mahkota Iran Reza Pahlavi, tokoh oposisi utama, menyuarakan dukungannya untuk kampanye tersebut, dengan men-tweet: "Saya juga telah bergabung dan mendukung kampanye #No2IR yang dimulai oleh aktivis di Iran."
"Kampanye tersebut melampaui partai politik atau afiliasi mana pun," tulis Pahlavi."Kami dapat mengubahnya menjadi gerakan nasional yang inklusif," ujarnya, seperti dikutip Sindonews dari Al Arabiya, Jumat (27/3/2021).
Pada hari Rabu, ratu terakhir Iran, Farah Pahlavi, bergabung dalam kampanye tersebut dengan men-tweet foto dirinya memegang tanda yang bertuliskan "Tidak untuk Republik Islam."
Musisi terkenal Iran yang diasingkan, termasuk Dariush Eghbali, Faramarz Aslani, dan Ebi, termasuk di antara tokoh-tokoh non-politik yang mendukung kampanye tersebut.
Oposisi Iran biasanya mendesak rakyat Iran untuk memboikot pemilu, dengan alasan bahwa pemilu tidak membawa perubahan dan hanya berfungsi untuk melegitimasi rezim. Keyakinan ini sebagian disebabkan oleh proses pemeriksaan kandidat Iran, di mana hanya kandidat yang disetujui oleh rezim yang dapat mencalonkan diri dalam pemilu.***