Menu

Gelombang Pertama Virus Corona Tanpa Akhir, Indonesia Gagal Mengendalikan Virus Corona dan Jadi Sorotan Dunia

Devi 21 Aug 2020, 08:34
Gelombang Pertama Virus Corona Tanpa Akhir, Indonesia Gagal Mengendalikan Virus Corona dan Jadi Sorotan Dunia
Gelombang Pertama Virus Corona Tanpa Akhir, Indonesia Gagal Mengendalikan Virus Corona dan Jadi Sorotan Dunia

Di Jawa Timur, hotspot lain, tingkat penelusurannya 2,8 kontak per setiap pasien yang dikonfirmasi dan dicurigai, menurut peneliti dari Universitas Airlangga. Seorang juru bicara WHO mengatakan Indonesia mulai mengikuti rekomendasi pelacakan kontaknya pada pertengahan Juli.

Keputusan Indonesia untuk menolak penguncian penuh didorong oleh masalah ekonomi dan keamanan, kata penasihat pemerintah. Sebaliknya, ia mendesak masyarakat Indonesia untuk memakai masker, mencuci tangan, dan mempraktikkan jarak sosial saat bekerja, bepergian, dan bersosialisasi.

"Argumennya adalah kami tidak dapat [membelinya]," kata Soewarta Kosen, seorang ekonom kesehatan yang berkonsultasi dengan pemerintah mengenai tanggapan virus korona, kepada Reuters. "Kami takut akan terjadi kerusuhan sosial."

Penekanan Jokowi pada ekonomi populer, jajak pendapat menunjukkan. Perekonomian Indonesia hanya menyusut 5,3 persen pada triwulan kedua tahun 2020, jauh lebih sedikit dibandingkan banyak perekonomian daerah lainnya. Tetapi ahli epidemiologi mengatakan mereka khawatir keputusan itu akan merugikan Indonesia dalam jangka panjang, terutama karena sistem kesehatannya tidak memadai untuk mengatasi jika kasus positif terus meningkat.

Dr Bambang Pujo, seorang pelari dan ahli anestesi yang rajin di rumah sakit rujukan utama COVID-19 di kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya, mengatakan tingkat kematian di bangsal antara 50 persen dan 80 persen dan tempat tidur tidak cukup.

"Sepuluh jam di dalam baju hazmat seperti lari maraton dua kali," katanya, menggambarkan jam-jam panjang yang dia habiskan dengan peralatan pelindung di dalam unit perawatan intensif. "Bayangkan bagaimana perasaan kami. Ini seperti bermain sebagai Tuhan. Kami berharap kami tidak membuat kesalahan dan, jika kami melakukannya, kami dimaafkan."

Halaman: 678Lihat Semua