Ternyata Ada 109 Tentara AS Alami Cedera Otak Saat Diserang Rudal Iran, Donald Trump Berbohong?
Seperti diketahui, Iran menembakkan rudal balistik ke pangkalan AS di Irak, sebagai balasan setelah pada 3 Januari 2020 lalu, jenderal top mereka Qasem Soleimani, tewas dibunuh AS. Soleimani tewas di Bandara Baghdad bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Tewasnya komandan Pasukan Quds, cabang elite dalam Garda Revolusi Iran itu, sebagai buntut demonstrasi yang menyasar Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh simpatisan Hashed. Trump dikabarka sudah menyetujui rencana pembunuhan itu sejak tujuh bulan lalu. Tak hanya itu, Qasem Soleimani disebut Trump telah memberikan ancaman bagi warga dan kepentingannya di Timur Tengah.
Sementara itu, bbc melansir, informasi Pentagon itu langsung disikapi politisi Republik, Joni Ernst. Ia meminta pemerintah memberikan tanggapan. "Saya meminta kepada Pentagon untuk memastikan keselamatan dari setiap tentara AS yang terkena ledakan di Irak," ujarnya di Twitter.
Sekretaris Pers Pentagon Alyssa Farah dalam keterangan tertulis mengatakan, pihaknya bersyukur tindakan tim medis membuat 70 persen korban bisa kembali bertugas. "Kami harus terus memastikan adanya keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental," ujarnya. ***