Menu

Ternyata Ada 109 Tentara AS Alami Cedera Otak Saat Diserang Rudal Iran, Donald Trump Berbohong?

Siswandi 11 Feb 2020, 12:26
Rudal Iran dilepaskan dari sebuah tempat yang dirahasiakan lokasinya. Foto: int
Rudal Iran dilepaskan dari sebuah tempat yang dirahasiakan lokasinya. Foto: int

RIAU24.COM -  Pihak Pentagon akhirnya memberi keterangan resmi terkait kondisi tentara AS yang menjadi korban dalam serangan rudal Iran di Bagdad, Irak, 8 Januari lalu. 

Hasilnya, Pentagon menyebutkan ada 109 orang tentara AS mengalami cedera otak ringan sebagai dampak dari serangan rudal Iran tersebut. Jumlah terbaru itu mengalami kenaikan signifikan dibanding laporan terakhir yang menyebutkan ada 64 prajurit terluka. Keterangan ini juga sangat berbeda jauh dengan pengakuan Presiden AS Donald Trump yang menyebutkan serangan Iran tersebut tak berdampak terhadap prajurit AS. 

"Hingga saat ini, 109 tentara AS didiagnosa cedera otak traumatis ringan, (mTBI), kenaikan 45 orang dari laporan terdahulu," ungkap Pentagon, Senin 10 Februari 2020 waktu setempat. 

Dilansir kompas yang merangkum afp,  dari jumlah itu, sebanyak 76 di antaranya sudah kembali bertugas. Sedangkan sisanya masih menjalani evaluasi dari perawatan dari tim medis. 

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengklaim tidak ada pasukannya yang terluka dalam serangan rudal Iran di pangkalan AS Irak. Ia juga sempat berusaha menepikan laporan cedera otak tersebut, dengan menyebut pasukannya mengalami "gejala sakit kepala". 

"Saya mendengar mereka semacam terkena sakit kepala, semacam itulah. Namun yang bisa saya pastikan, tidak ada yang serius," akunya ketika itu. 

Seperti diketahui, Iran menembakkan rudal balistik ke pangkalan AS di Irak, sebagai balasan setelah pada 3 Januari 2020 lalu, jenderal top mereka Qasem Soleimani, tewas dibunuh AS. Soleimani tewas di Bandara Baghdad bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis. 

Tewasnya komandan Pasukan Quds, cabang elite dalam Garda Revolusi Iran itu, sebagai buntut demonstrasi yang menyasar Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh simpatisan Hashed.  Trump dikabarka sudah menyetujui rencana pembunuhan itu sejak tujuh bulan lalu. Tak hanya itu, Qasem Soleimani disebut Trump telah memberikan ancaman bagi warga dan kepentingannya di Timur Tengah. 

Sementara itu, bbc melansir, informasi Pentagon itu langsung disikapi politisi Republik, Joni Ernst. Ia meminta pemerintah memberikan tanggapan. "Saya meminta kepada Pentagon untuk memastikan keselamatan dari setiap tentara AS yang terkena ledakan di Irak," ujarnya di Twitter. 

Sekretaris Pers Pentagon Alyssa Farah dalam keterangan tertulis mengatakan, pihaknya bersyukur tindakan tim medis membuat 70 persen korban bisa kembali bertugas. "Kami harus terus memastikan adanya keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental," ujarnya. ***