Merinding, Begini Kisah Pilu Warga Sumbar Korban Rusuh Wamena, Setelah Ditikam Senjata Tajam, Rumah Tempat Berlindung Pun Dibakar
"Saya menelepon putra sulung saya si Gian yang sekolah di Padang Panjang. Di situ saya bilang ‘ayah baik-baik saja'. Tapi, ibu sama adik sudah tidak ada lagi. Sekolahmu tetap lanjutkan’," kata Zal mengulang percakapannya dengan Gian yang duduk di bangku SMP.
Setelah kondisi agak membaik, Zal bersama warga asal Sumbar lainnya, memutuskan pulang kampung ke Pesisir Selatan bersamaan dengan jenazah para korban dari wilayah itu.
Menurut Zal, ia sudah enam tahun menetap di Wamena. Selama itu, ia berprofesi sebagai penjual sembako. Selama berada di Wamena, Zal merasa tidak pernah punya musuh. Zal bahkan mengaku berteman akrab dengan anggota kelompok separatis bersenjata dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang memang biasa berbaur dengan warga.
Ia meyakini, 30 pelaku yang menewaskan keluarganya bukan dari kelompok itu. "Kalau sama orang-orang OPM, saya kenal. Dan, yang 30 orang itu bukan dari OPM. Saya tidak tahu mereka siapa dan datang dari mana tiba-tiba beraksi brutal seperti itu," ungkapnya lagi.
Tak hanya dirinya, orang-orang asli Wamena yang ia kenal juga mengakku tak mengetahui identitas pelaku kerusuhan.
Saat ini, Zal masih ingin menenangkan diri di rumah orang tuanya. Ia belum bisa memutuskan hendak kembali ke Papua. Meski ada jutaan asetnya berupa sembako dan sepeda motor yang habis dibakar para pelaku kerusuhan.