Sudah Jadi Hobi, Tukang Urut Ini akan Tetap Nyaleg Hingga tak Mampu Lagi
Sesuai profesinya sebagai seorang tukang pijat, ia tetap melakukan rutinitas hariannya, berkeliling mencari pasien sembari mengayuh sepeda kesayangannya.
Sembari mengais rezeki, duda dua anak itu juga mempromosikan dirinya kepada para pasien yang dia temui. Ia juga memiliki trik tersendiri. Untuk kecamatan tempat ia mendulang suara, Hasymi sengaja tidak memasang tarif untuk jasa pijatnya.
"Seikhlasnya saja, tak bayar juga tak masalah. Hitung-hitung sambil kampanye," ujarnya.
Baca juga: Menko Pratikno Puji Gibran, Soal Apa?
Menurut Hasymi, dari profesinya bekerja sebagai seorang tukang pijat, biasanya ia mendapat penghasilan sebesar Rp3 juta per bulan. Dengan penghasilannya yang sebesar itu, ia hanya mampu membuat stiker sebagai alat praga kampanye. ***