Populisme Fiskal di Tengah Defisit: Program Makan Siang Gratis Jadi Bom Waktu Anggaran

Namun realisasi anggaran baru disiapkan Rp71 triliun untuk tahap awal, yang berarti akan ada pembengkakan lanjutan. Sumber dananya? Lagi-lagi lewat utang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan telah menyiapkan penarikan utang baru senilai Rp250 triliun hanya untuk menambal defisit yang diperbesar oleh program-program populis tersebut.
Dengan nilai tukar rupiah yang anjlok, beban utang luar negeri pun otomatis membengkak.
“Ini adalah situasi klasik dari fiskal yang dibajak politik,” ujar pengamat kebijakan Aviliani.
Rocky Gerung menyebut skema ini sebagai paradoks negara tanpa ide: “Jika tidak ada gagasan, maka yang dijual adalah gimmick. Makan siang bukan solusi jika rakyat bangun tidur masih bingung besok kerja di mana. Ini bukan negara kesejahteraan, ini negara pengalihan isu.”
Program populis memang menjual di atas kertas, tetapi dalam praktiknya bisa merusak stabilitas fiskal jika tidak disertai reformasi pajak dan efisiensi belanja negara.