Ternyata Ini Alasan di Balik Fenomena Melihat Cahaya Jelang Kematian

Misalnya, peningkatan sinyal serotonin mungkin bertanggung jawab atas 'halusinasi visual yang nyata', yang menjadi ciri khas NDE. Sementara, lonjakan kadar endorfin dapat menghasilkan 'perasaan damai yang mendalam'. Para peneliti juga menambahkan banjir dopamin dapat menjelaskan 'perasaan hiperrealitas yang mendalam terkait dengan halusinasi'.
"NDE mungkin merupakan bagian dari mekanisme pertahanan yang dipicu oleh respons neurofisiologis terhadap ancaman ketika respons perilaku fight-or-flight tidak lagi memungkinkan," ungkap para peneliti.
"Seseorang dapat memasuki kondisi disosiasi mental, yang memungkinkan perhatian difokuskan pada fantasi yang berorientasi internal, untuk membantu mereka mengatasi dan bertahan hidup dalam situasi yang mengancam jiwa," tambahnya.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa individu tertentu tampak lebih rentan terhadap NDE. Para peneliti mencatat bahwa NDE juga lebih umum terjadi pada orang yang secara khusus cenderung mengalami intrusi REM, di mana aktivitas otak yang terkait dengan mimpi terjadi saat terjaga.
"Ciri khusus ini berpotensi memberikan kontribusi pada fitur-fitur NDE utama, termasuk persepsi cahaya yang tidak biasa, [kehilangan tonus otot normal], euforia, dan sensasi keluar tubuh," tulis para peneliti.
Namun, penulis studi mengaku terlepas dari model yang komprehensif, beberapa pertanyaan tetap belum terjawab. Misalnya, kombinasi proses apa saja yang diperlukan untuk memicu NDE. Model tersebut juga tidak menjelaskan elemen-elemen lain, seperti 'prekognisi' yang membuat mereka yang mengalami NDE memiliki rasa pengetahuan tentang masa depan.