Menu

Bolehkan Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Begini Kata Buya Yahya-Habib Ja'far 

Zuratul 24 Dec 2024, 15:28
Bolehkan Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Begini Kata Buya Yahya-Habib Ja'far 
Bolehkan Muslim Mengucapkan Selamat Natal? Begini Kata Buya Yahya-Habib Ja'far 

RIAU24.COM - Natal bukan hari raya umat Islam. Karena itu, setiap tahunnya selalu menjadi perdebatan mengenai hukum mengucapkan selamat Natal. Apakah memberi ucapan selamat Natal dibolehkan dalam Islam atau tidak?

Buya Yahya mendapat pertanyaan soal hukum mengucapkan selamat Natal dari jemaahnya. Sebelum menjawabnya, Buya Yahya mengajak jemaahnya untuk memahami makna toleransi. Menurut Buya Yahya, sebenarnya dalam Islam tidak mengenal toleransi, yang ada adalah kewajiban.

“Kalimat toleransi itu begini sebetulnya, ‘Anda sebetulnya gak boleh masuk ke sini karena Anda bukan pegawai sini. Ya karena satu hal jadi boleh.’ Enak gak? Gak enak. Itu toleransi, itu sebetulnya Anda gak boleh masuk karena satu hal jadi boleh,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV.

“Tapi dalam Islam gak ada toleransi, adanya kewajiban. Misalnya, tetangga sakit kita wajib ngasih bukan irama toleransi. Tetangga Nasrani yang sakit wajib kita kasih makan, kita kasih obat. Kalau tetangga Nasrani lapar kita wajib ngasih makanan,” tutur Buya Yahya mencontohkan.

“Jadi bukan toleransi (tapi) kewajiban. Yang ada dalam Islam lebih tinggi (derajatnya) dari toleransi, tapi kewajiban,” sambungnya.

Namun, kata Buya Yahya, banyak orang yang sudah menggunakan istilah toleransi. Istilah toleransi juga berlaku di Indonesia untuk merujuk sikap toleran terhadap perbedaan.

Menurut Buya Yahya, toleransi bukanlah sesuatu yang memaksa. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang memaknai toleransi dengan baik.

“Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikuti kamu, itulah toleransi. Kita harus paham makna toleransi. Jadi gara-gara salah memaknai toleransi, salah (juga) dalam penerapannya,” ujarnya.

Buya Yahya mencontohkan, ketika seorang Muslim mengadakan acara hari raya Idul Fitri, maka Muslim tersebut jangan memaksakan karyawan lain yang Nasrani untuk mengucapkan hariraya atau memberi bingkisan. Contoh lainnya, memaksa Nasrani ikut pengajian karena kerja di wilayah Muslim.

“Jadi toleransi itu jangan dipaksa dia untuk ikut. Dan ingat, Anda pun gak boleh maksa kaum minoritas ikuti Anda dalam urusan keagamaan,” katanya.

Buya Yahya mengatakan, seorang Muslim tidak perlu kecewa apabila tetangga Nasrani tidak mengucapkan selamat untuk hari-hari besar dalam Islam. Muslim juga tidak boleh memaksa dia untuk mengucapkan selamat dan mengikuti acaranya.

“Begitu juga apalagi di sini kaum mayoritas. Jangan paksa orang Islam mengucapkan selamat Natal, kalau Anda paksa berarti tidak ngerti toleransi. Ini kan urusan agama saya,” imbuh Buya Yahya.

Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar mengatakan, ulama berbeda pendapat soal hukum mengucapkan selamat Natal bagi Muslim. Ada ulama yang membolehkannya dan ada yang mengharamkannya. Masing-masing memiliki dalilnya.

“Namun bagi saya cenderung kepada pendapat bahwa membolehkan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani,” kata Habib Ja’far dikutip dari tayangan YouTube Salaam Indonesia.

Habib Ja’far membeberkan beberapa alasan mengapa ia lebih condong pada pendapat yang membolehkan mengucapkan selamat Natal. Pertama adalah ada dasar-dasarnya.

“Misalnya, salah satunya menurut Al-Qur’an, ketika kita membuka surah Maryam ditemukan di sana ada ayat menyatakan selamat atas kelahiran Nabiyullah Isya yang merupakan salah satu nabi dalam keyakinan kita,” tuturnya.

Kedua adalah hadis nabi. Habib Ja’far mengutip hadis nabi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah berdiri ketika seorang Yahudi membawa jenazah sahabat Yahudi-nya melewati depan masjid.

“Nabi berhenti ketika khutbah dan maju ke depan masjid, berdiri mengheningkan cipta, menghormati seorang Yahudi yang mati dan digotong pada saat itu,” ucapnya menyampaikan kutipan hadis nabi.

Kemudian sahabat bertanya, “Bukankah mereka orang Yahudi?”

Nabi berkata, “Bukankah dia juga manusia? Maka kita harus menghormati dia sebagai sesama manusia.”

“Artinya, karena keimanan kita tentu berbeda dengan umat Kristiani, maka tidak ada masalah dengan landasan keimanan kita bahwa Isya nabi kita. Maka kita mengucapkan selamat atas kelahiran Nabiyullah Isya, dan artinya kita diperbolehkan mengucapkan selamat Natal,” jelas Habib Ja’far.

Habib Ja’far mengatakan, sebagian besar ulama membolehkan mengucapkan selamat Natal. Misalnya di Indonesia seperti Prof Quraish Shihab dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tidak melarang umat Islam mengucapkan selamat Natal.

“Di luar negeri, misalnya, ulama-ulama Al-Azhar mengucapkan selamat Natal. Habib Ali Al-Jufri juga mengatakan bahwa beliau membolehkan mengucapkan selamat Natal dan akan mengucapkan selamat Natal,” ungkapnya.

Menurut Habib Ja’far, tujuan mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani adalah menjaga hubungan muamalah sesama manusia agar semakin harmonis.

“Karena Allah katakan bahwa kita harus lebih baik dari umat agama lain. Ketika mereka mengucapkan selamat Idul Fitri, maka kita juga harus mengucapkan selamat Natal ketika kita merayakan hari mereka,” imbuhnya.

Habib Ja’far menyimpulkan, hukum mengucapkan selamat Natal bagi seorang Muslim boleh-boleh saja sebagaimana pendapat sebagian ulama yang membolehkannya. Dengan catatan, tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan dalam hal ini yang diyakini umat Islam adalah nabi, yaitu Nabi Isya.

(***)