Inflasi 1,55 Persen, Prabowo dan Sri Mulyani Puji Kerja Tim Pemerintah Sebelumnya
RIAU24.COM - Presiden Prabowo Subianto kembali menyinggung soal inflasi Indonesia yang saat ini berhasil ditekan di angka 1,55 persen.
Menurut Prabowo, besaran inflasi 1,55 persen itu sangat jarang terjadi dalam sejarah dunia.
Presiden menekankan, capaian tersebut merupakan hasil kerja keras pemerintahan terdahulu.
"Inflasi yang kurang lebih 1,55 persen, saya kira sangat jarang dalam sejarah dunia. Dan ini sekali lagi, ini adalah hasil kerja keras kita semua, hasil bukan pemerintah saya, saya baru 51 hari menjabat berarti pemerintah-pemerintah sebelum ini semua berjasa," ujar Prabowo saat memberikan sambutan pada penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan alokasi Transfer ke Daerah (TKD) di Istana Negara, Selasa (10/12/2024), sebagaimana dilansir YouTube Kompas TV, Rabu (11/12/2024).
"Saya mengambil suatu pendapat, falsafah pendekatan sejarah pembangunan bangsa tidak 5 tahun, tidak 10 tahun, pembangunan bangsa itu puluhan tahun, jadi kita disini sekarang kita bisa mencapai sekarang, kita akan lebih hebat tinggal landas, karena jasa seluruh pemimpin sebelum kita semua lukisannya ada di dinding kita," jelasnya.
Melihat angka inflasi, angka-angka lainnya dan setelah mengikuti rapat dengan para menteri serta kepala daerah, Prabowo meyakini ekonomi Indonesia sebenarnya kuat. Namun, ekonomi Indonesia menurutnya bisa lebih kuat ke depannya.
"Karena itu kita optimis walaupun tetap harus waspada. Karena kita kaya, karena kita besar, kita selalu ada pihak-pihak yang tidak menghendaki kita maju," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, inflasi sebesar 1,55 persen pada November 2024 termasuk yang terendah di dunia.
Sri Mulyani menyebut inflasi perlu dijaga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Upaya menjaga momentum pertumbuhan dilakukan dengan menjaga stabilitas harga dengan menjaga inflasi yang terus rendah. Inflasi di bulan November 2024 adalah sebesar 1,55 persen, year on year, termasuk terendah di dunia," ungkap Sri Mulyani.
Selain itu, menurutnya neraca perdagangan Indonesia mencapai surplus 54 bulan berturut-turut.
Sri Mulyani menambahkan, dengan capaian perekonomian yang relatif baik dan stabil hingga 2024 ini, akan menjadi dasar akselerasi target pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan lebih tinggi di tahun 2025.
(***)