Menu

AS Menerapkan Pembatasan Investasi Baru pada AI dan Semikonduktor di China

Amastya 29 Oct 2024, 21:13
Bendera AS dan Tiongkok terlihat dalam ilustrasi yang diambil ini, 30 Januari 2023 /Reuters
Bendera AS dan Tiongkok terlihat dalam ilustrasi yang diambil ini, 30 Januari 2023 /Reuters

RIAU24.COM Amerika Serikat telah menyelesaikan peraturan yang membatasi investasi di sektor teknologi utama di China, termasuk kecerdasan buatan dan semikonduktor, karena masalah keamanan nasional.

Pengumuman dari Departemen Keuangan, yang dilaporkan oleh Reuters, menguraikan pergeseran signifikan dalam pendekatan AS terhadap investasi asing dalam teknologi penting.

Mulai 2 Januari, warga negara AS, penduduk tetap, dan perusahaan yang berbasis di AS akan dilarang terlibat dalam transaksi yang melibatkan teknologi canggih seperti AI, komputasi kuantum, dan semikonduktor.

Selain itu, investor AS akan diminta untuk memberi tahu Departemen Keuangan tentang investasi dalam teknologi yang kurang canggih yang masih dapat menimbulkan risiko keamanan nasional.

Paul Rosen, asisten menteri keuangan untuk Keamanan Investasi, menekankan pentingnya langkah-langkah ini, dengan menyatakan, "Investasi AS tidak boleh dieksploitasi untuk memajukan pengembangan teknologi utama yang dapat mengancam keamanan nasional kita."

Dia menyoroti bahwa investasi AS sering kali mencakup manfaat tidak berwujud seperti keahlian manajerial dan akses ke jaringan bakat, yang seharusnya tidak membantu negara-negara yang dianggap sebagai musuh dalam meningkatkan kemampuan militer, intelijen, atau siber mereka.

Pembatasan ini mengikuti perintah eksekutif Presiden Joe Biden dari tahun lalu, yang bertujuan untuk mengekang investasi dalam semikonduktor, mikroelektronika, komputasi kuantum, dan teknologi AI tertentu.

Biden menyatakan keprihatinan bahwa investasi AS mungkin secara tidak sengaja mendukung negara-negara musuh dalam mengembangkan teknologi sensitif yang penting untuk operasi militer dan intelijen.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengutuk perintah eksekutif tersebut, menyebutnya sebagai upaya anti-globalisasi dan de-sinisisasi.

Kementerian menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan dengan tegas menentang sikap AS, menegaskan bahwa China telah mengajukan keluhan resmi mengenai pembatasan investasi.

Keputusan pemerintah AS mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang kemajuan teknologi Tiongkok dan aplikasi militer potensialnya.

Dengan membatasi investasi di sektor-sektor penting, AS bertujuan untuk melindungi kepentingan nasionalnya dan mencegah musuh mendapatkan keunggulan dalam teknologi baru yang penting bagi keamanan nasional.

Seiring lanskap geopolitik yang terus berkembang, pembatasan investasi baru ini menandai langkah signifikan dalam ketegangan yang sedang berlangsung antara AS dan China.

Implikasi dari peraturan ini kemungkinan akan bergema di seluruh industri teknologi global, tidak hanya memengaruhi investor AS tetapi juga perusahaan asing yang terlibat dalam sektor serupa.

Dorongan untuk pendekatan yang lebih hati-hati terhadap transfer teknologi menyoroti meningkatnya prioritas keamanan nasional dalam kebijakan ekonomi.

(***)