Disfonia Fungsional, Penyakit Suara Serak yang Harus Diwaspadai
RIAU24.COM - Disfonia fungsional adalah penyakit atau kondisi yang memiliki gejala umum suara serak. Sering kali penyakit ini tidak menjadi masalah serius.
Namun kondisi ini bisa menjadi gejala dari penyakit lain yang serius. Penyanyi asal Jepang, Sayuri, sempat mengalami disfonia fungsional hingga meninggal dunia di usia 28 tahun.
Simak artikel ini untuk bisa mengenal lebih jauh apa itu disfonia fungsional, lengkap dengan gejala, penyebab atau penyakit yang berkaitan, cara penanganan, dan pencegahannya.
Apa Itu Disfonia Fungsional?
Dikutip dari situs University of Michigan Health, disfonia adalah istilah medis untuk gangguan pada suara. Sementara disfonia fungsional adalah gangguan kualitas suara yang buruk tanpa adanya kesulitan anatomis, neurologis, atau kesulitan organik lain yang mempengaruhi laring atau kotak suara.
Disfonia fungsional lebih sering terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun. Ada dua jenis disfonia fungsional, yaitu:
- Disfonia hipofungsional, yaitu akibat penutupan pita suara atau lipatan yang tidak sempurna.
- Disfonia hiperfungsional, yaitu akibat penggunaan otot laring yang berlebihan dan, kadang-kadang, penggunaan pita suara palsu (dua pita suara bagian atas yang tidak terlibat dalam vokalisasi).
Gejala Disfonia Fungsional
Dikutip dari situs Cleveland Clinic, gejala disfonia fungsional yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
- Suara terdengar seperti mengalami kesulitan berbicara.
- Suara terdengar serak atau terengah-engah.
- Suara lebih pelan atau lebih lembut dari biasanya.
- Suara terdengar lebih tinggi atau lebih rendah dari biasanya.
Gejala di atas mungkin tidak terlalu serius. Tapi Anda harus berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala seperti:
- Terasa sakit saat berbicara atau menelan.
- Sulit bernapas atau menelan.
- Batuk darah.
- Muncul benjolan di leher.
- Suara Anda benar-benar hilang.
- Suara serak hingga 3 minggu atau lebih.
Penyebab dan Penyakit Terkait Disfonia Fungsional
Disfonia fungsional sering kali terjadi karena Anda terlalu sering menggunakan suara dan akan sembuh dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena terjadi masalah pada pita suara dan laring (kotak suara).
Masalah yang bisa mempengaruhi pita suara dan laring antara lain:
1. Perubahan Kebiasaan
Disfonia bisa terjadi ketika ada perubahan kebiasaan dalam menggunakan suara, misalnya berteriak-teriak, berpidato panjang, menyanyi dengan nada tinggi terus menerus.
2. Usia
Seiring bertambahnya usia, pita suara akan menipis dan lemas. Ini juga dapat dapat mempengaruhi suara Anda.
3. Laringitis
Laringitis adalah penyebab disfonia yang paling umum. Penyebabnya bisa karena alergi, infeksi saluran pernapasan atas, atau infeksi sinus yang membuat pita suara membengkak.
4. GERD
GERD atau refluks asam lambung kronis adalah ketika asam lambung berbalik naik ke tenggorokan. Terkadang asam lambung juga dapat naik setinggi pita suara dan dikenal sebagai refluks laringofaring (LPR).
5. Masalah Pita Suara
Beberapa masalah pita suara yang menyebabkan disfonia antara lain perdarahan atau ketika pembuluh darah pada pita suara pecah, hingga jaringan otot terisi darah.
Kondisi ini mungkin juga terjadi karena kelumpuhan pita suara yang menyebabkan salah satu atau kedua pita suara tidak dapat membuka atau menutup sebagaimana mestinya.
6. Muncul Sel Nonkanker
Suara akan bermasalah ketika muncul sel nonkanker berupa nodul, polip, papiloma, dan kista yang tumbuh di pita suara atau laring.
7. Disfonia Jenis Lain
Masalah suara serak ini juga mungkin berkaitan dengan disfonia jenis lain, seperti disfonia spasmodik atau gangguan bicara neurologis kronis.
Ada juga muscle tension dysphonia, yaitu kondisi ketika pita suara dan otot-otot menjadi tegang yang disebabkan oleh cedera leher, bahu, atau dada.
8. Penyakit dan Gangguan Neurologis
9. Kanker
Penyebab terakhir adalah penyakit kanker yang tentunya sangat berbahaya. Kanker yang mungkin mempengaruhi adalah kanker laring, kanker paru-paru, dan kanker tenggorokan.
Penanganan Disfonia Fungsional
Penanganan disfonia fungsional bisa berbeda-beda sesuai dengan penyebab atau penyakit yang berkaitan. Berikut beberapa cara penanganannya:
- Perdarahan pita suara atau disfonia tegang otot: istirahatkan suara atau lakukan terapi suara dengan ahli patologi wicara-bahasa.
- Pilek dan infeksi sinus: minum obat-obatan apotek atau dokter akan memberikan antibiotik untuk infeksi bakteri.
- Radang tenggorokan: antibiotik atau kortikosteroid.
- Nodul vokal, kista dan polip, atau papiloma: pembedahan dan/atau terapi suara.
- Kanker atau penyakit neurologis: penyedia layanan kesehatan akan menangani sesuai diagnosis.
Pencegahan Disfonia Fungsional
Disfonia atau suara serak terkadang muncul begitu saja, sehingga tidak sepenuhnya bisa dicegah. Namun ada beberapa kebiasaan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko disfonia, antara lain:
- Minum air cukup.
- Berhenti merokok dan jauhi asap rokok.
- Jangan minum alkohol dan/atau kafein.
- Gunakan pelembab udara di dalam ruangan.
- Hindari makanan pedas.
- Hindari aktivitas berat yang melibatkan suara, misalnya berbicara dalam waktu yang lama, berbicara dengan suara keras, atau berteriak.
- Gunakan alat pengeras suara agar tidak perlu berteriak.
Nah, itulah penjelasan mengenai disfonia fungsional yang memiliki gejala suara serak. Tetap waspadai jika gejalanya tak segera membaik, karena bisa jadi berkaitan dengan penyakit mematikan. ***