Menu

PTPN IV PalmCo Targetkan 2,1 Juta Bibit Unggul Diserap Petani Sawit

Devi 9 Oct 2024, 14:18
Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan pihaknya menyiapkan lima sentra pembibitan sawit unggul siap tanam. Foto: dok PTPN
Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan pihaknya menyiapkan lima sentra pembibitan sawit unggul siap tanam. Foto: dok PTPN

RIAU24.COM - Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) melalui Sub Holding PTPN IV PalmCo menargetkan 2,1 juta bibit sawit unggul bersertifikat diserap petani hingga akhir 2024 ini.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa mengatakan pihaknya menyiapkan lima sentra pembibitan sawit unggul siap tanam.

Jatmiko menyebutkan langkah itu sejalan dengan program pemerintah dalam merevitalisasi sawit renta milik petani dan memangkas disparitas produktivitas sawit rakyat.

"Sejak digulirkan pertama kali pada 2021 lalu, kami mempelajari bahwa permintaan petani akan keberadaan bibit sawit unggul bersertifikat terus meningkat. Untuk itu, hingga akhir tahun ini, program ini diperluas tidak hanya di Riau, tetapi juga di Provinsi Jambi," kata Jatmiko dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (8/10).

Jatmiko menjelaskan sejak pertama diluncurkan hingga akhir triwulan III 2024 ini, 1,6 juta bibit sawit telah diserap para petani di kedua provinsi tersebut.

PalmCo merencanakan sampai dengan Desember mendatang, diperkirakan sebanyak 2,1 juta bibit akan habis diboyong petani yang tengah menyiapkan areal mereka untuk peremajaan sawit.

“Kita mentargetkan 2,1 juta bibit unggul bersertifikat dapat dibeli oleh petani, termasuk petani non plasma,” tukas Jatmiko.

Ke depan, Jatmiko menjelaskan program penyediaan bibit sawit unggul akan diperluas di berbagai provinsi di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Kalimantan.

"Niat dan mimpi kami hanya satu, bagaimana petani mendapatkan hasil produksi sawit mereka secara maksimal sehingga disparitas antara petani dan korporasi yang cukup tinggi saat ini bisa dipangkas, dan langkah pertama yang harus dibenahi ada pada penyediaan bibit unggul" ujarnya.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit mencatat para petani sawit masih kerap terjebak dengan keberadaan bibit sawit palsu. Ada sejumlah alasan yang membuat mereka terjebak, di antaranya 37 persen menjadi korban penipuan, 14 persen tergiur harga murah, 20 persen tidak mengetahui cara membeli benih yang legal.

Disamping itu, ada 12 persen di antara petani terjebak penggunaan bibit palsu karena rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi, 10 persen tidak mengetahui lokasi pembelian benih legal, serta 4 persen petani menyatakan akibat jarak tempuh dari lahan sawit ke produsen benih legal yang cukup jauh.

Maka, kata Jatmiko, menyediakan bibit unggul bersertifikat yang mudah di akses dan transparan adalah keharusan jika ingin meningkatkan produktivitas sawit rakyat.

“Jika bibit terkendala, kerugiannya bagi petani tidak hanya hari ini bulan ini atau tahun ini, tapi berdampak panjang sampai 25 bahkan 30 tahun ke depan," tutur Jatmiko.

Program penyediaan bibit sawit unggul bersertifikat tersebut sendiri sukses digeber Jatmiko saat masih memimpin PTPN V di Riau, sebelum entitas itu menjadi bagian PTPN IV PalmCo. Penjualan bibit ke petani non plasma dimulainya sejak 2021 lalu.

Respons positif petani dimulai sebab perusahaan juga memberikan kemudahan akses pembelian melalui aplikasi khusus yang bernama Sawit Rakyat Online (SRO).

Direktur Hubungan Kelembagaan PTPN IV Irwan Perangin-Angin menambahkan bahwa aplikasi yang telah diunduh lebih dari 10.000 kali itu dirancang sesederhana mungkin sehingga para petani terbantu untuk memperoleh informasi teranyar terkait ketersediaan bibit di masing-masing sentra.

Irwan menegaskan langkah penyediaan bibit sawit unggul itu sendiri merupakan jawaban atas keberadaan bibit sawit palsu di pasaran.

PTPN IV sendiri mengusahakan beragam jenis bibit sawit varietas unggul dengan rata-rata produktivitas tandan buah segar di atas 30 ton per hektare per tahun.

“Kita selalu ingin membantu para petani. Kita siapkan varietas unggul seperti PPKS 50, PPKS 50 NG, dan sebagainya yang memiliki waktu panen lebih cepat dan kadar minyak yang tinggi sehingga produktivitas petani sawit meningkat,” kata Irwan.

Namun, kadang kendalanya adalah pasokan dari penyedia kecambah tidak seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan petani.

“Kita fokus juga soal kecambah ini. Bersama kita akan mencari solusi agar jaminan ketersediaan kecambah bisa kita dapatkan dan penyediaan bibit sawit unggul untuk rakyat bisa kita tingkatkan,” harap Irwan. ***