Menu

Jokowi Delapan Kali Minta Maaf Jelang Purna Tugas, Rocky Gerung: Tak Akan Mampu Hapus Dosa Dinasti Politik 

Zuratul 4 Oct 2024, 11:22
Jokowi Delapan Kali Minta Maaf Jelang Purna Tugas, Rocky Gerung: Tak Akan Mampu Hapus Dosa Dinasti Politik.
Jokowi Delapan Kali Minta Maaf Jelang Purna Tugas, Rocky Gerung: Tak Akan Mampu Hapus Dosa Dinasti Politik.

RIAU24.COM -Presiden Jokowi Kembali pemngucapkan permintaan maaf dalam kunjungan di NTT pada Rabu (2/10) kepada warga sekitar. 

Ungkapan permintaan aafnya ini bukan satu dua kali disebutkan, melainkan sudah 8 kali. 

Hal ini lantas, di respon oleh pengamat Politik, Rocky Gerung

Ia menilai bahwa kumpulan permohonan aaf Jokowi hanya sebuah manipulasi keadaan. 

"Pak Jokowi udah minta maaf berulang kal, tetapi buzzernya itu masih menjiulat berkali-kali. Kan itu konyolnya," ujar Rocky Gerung, dikutip Riau 24.com dari YouTube, Kamis. 

Rocky mengungkapkan, jika kini buzzer-buzzer Jokowi masih terus menggantungkan harapan pada Jokowi. 

“Jadi buzzer-buzzer ini itu masih menggantungkan harapan pada Jokowi, seolah-olah Jokowi masih punya kuasa. Padahal dalam hitungan hari itu selesai semua,” ujarnya.

“Nah itu mungkin yang menjadi refleksi pak Jokowi untuk mulai meminta maaf,” tambahnya.

Rocky menyebut, permintaan maaf itu tidak kan bisa secara instan menhilangkan persoalan-persoalan yang elah terjadi. 

"Orang akan tetap ingat bahwa soal dinasti anak-anaknya itu terus jalan. Jadi apa yang hendak dimaafkan?," sambung nya. 

“Kemungkinan-kemungkinan ini yang membuat orang berpikir bahwa Jokowi sedang memanipulasi keadaan seolah-olah dengan minta maaf orang lupa proses Gibran dicalonkan jadi wakil presiden, proses Kaesang diduga kuat memperoleh gratifkasi,” tambahnya. 

Rocky bahkan mengatakan bahwa apa yang diungkapkan oleh Jokowi itu sudah tidak setara dengan apa yang sedang dipikirkan.

“Jadi gerak otaknya tidak setara dengan gerak bibirnya,” sebutnya.

“Kondisi politik kita memang ada di dalam kecemasan, atau kegelisahan. Kita harus pikirkan, dimana kita letakkan Pak Jokowi nanti, tentu kita ingin supaya beliau dihormati, tetapi kita tidak punya semacam point of view untuk menerangkan dimana yang bisa kita anggap sudut paling mulia supaya kita hargai pak Jokowi. Kelihatannya susah itu,” urainya.

(***)