Menu

Rudal Israel Menghantam Jurnalis Lebanon Selama Peliputan Langsung, Momen Mengerikan Ditangkap

Amastya 24 Sep 2024, 16:50
Pemimpin redaksi jurnalis Lebanon Fadi Boudiya beberapa saat sebelum serangan rudal /net
Pemimpin redaksi jurnalis Lebanon Fadi Boudiya beberapa saat sebelum serangan rudal /net

RIAU24.COM - Seorang jurnalis Lebanon tertangkap kehilangan keseimbangan dan terlempar selama siaran langsung dari rumahnya ketika dia diduga terkena rudal Israel di Baalbek, Lebanon.

Video mengejutkan itu diambil ketika pemimpin redaksi Miraya International Network, Fadi Boudiya, sedang melakukan siaran langsung dan bersiap untuk wawancara dengan jaringan Inews ketika ledakan terjadi.

Kemudian dilaporkan bahwa dia menderita luka akibat ledakan itu.

Serangan udara terbesar Israel di Lebanon

Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan bahwa Israel melakukan serangan udara terbesar pada Senin (21 September) sejak awal perang Israel-Hamas.

Dalam serangan itu, setidaknya 356 orang tewas dan lebih dari 1.246 lainnya terluka.

Israel telah memperluas kampanye serangan udaranya karena mereka percaya bahwa Lebanon selatan dan timur menjadi tuan rumah situs senjata Hizbullah.

Menurut seorang pejabat militer Israel, tujuan kampanye itu adalah untuk menurunkan kemampuan militer kelompok tersebut.

Dalam serangan udara ini, hampir 500 orang telah kehilangan nyawa mereka dan lebih dari 1000 terluka.

Kepala kebijakan luar negeri Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa eskalasi ini mendorong kawasan itu ke dalam perang habis-habisan.

Keamanan yang mengancam jurnalis di tengah perang yang meningkat

Dalam sebuah laporan, Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) telah menekankan bagaimana jurnalis menghadapi risiko kehilangan nyawa mereka saat meliput di zona konflik tersebut.

Ia menambahkan bahwa jurnalis terus melakukan pekerjaan mereka tanpa memiliki komunikasi atau perlindungan yang memadai.

"Setiap kali seorang jurnalis terbunuh, terluka, ditangkap, atau dipaksa pergi ke pengasingan, kita kehilangan fragmen kebenaran. Mereka yang bertanggung jawab atas korban ini menghadapi persidangan ganda: satu di bawah hukum internasional dan satu lagi di depan tatapan sejarah yang tak kenal ampun," kata Direktur Program CPJ Carlos Martinez de la Serna dalam laporan itu.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 122 jurnalis telah kehilangan nyawa mereka sejak dimulainya perang Gaza hingga Februari 2024.

(***)