Sekitar 500 Orang Tewas Akibat Serangan Israel ke Lebanon, Zionis Targetkan Rumah Sakit
RIAU24.COM -Militer Zionis Israel telah membombardir Lebanon sejak Senin yang menewaskan hampir 500 orang.
Serangan melalui udara dinyatakan sebagai yang paling mematikan sejak perang Israel-Hizbullah tahun 2006.
Menurut penghitungan terbaru dari Kementerian Kesehatan Lebanon, hingga Selasa (24/9/2024), 492 orang meninggal akibat dibombardir militer Zionis Israel.
Itu termasuk 35 anak-anak dan 58 wanita. Selain itu, 1.645 orang lainnya terluka.
Menteri Kesehatan Firass Abiad mengatakan serangan udara Zionis telah menghantam rumah sakit (RS), pusat medis, dan ambulans.
Pemerintah yang berbasis di Beirut telah memerintahkan sekolah dan universitas di seluruh negeri untuk mulai menyiapkan tempat perlindungan karena ribuan orang melarikan diri dari wilayah selatan Lebanon.
Sementara itu, militer Israel mengeklaim telah menyerang lebih dari 1.300 target, yang digambarkan sebagai lokasi senjata Hizbullah.
Menurut mereka, serangan difokuskan di wilayah Lebanon selatan dan Lembah Bekaa.
"Selama beberapa jam terakhir, atas arahan intelijen IDF [Pasukan Pertahanan Israel], IAF [Angkatan Udara Israel] menyerang ratusan target Hizbullah, termasuk peluncur, pos komando, dan infrastruktur teroris di sejumlah wilayah di Lebanon selatan," kata IDF dalam sebuah pernyataan, sambil membagikan video beberapa serangan tersebut.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot telah menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas serangan lintas batas besar Israel terhadap Lebanon.
“Saya telah meminta agar pertemuan darurat Dewan Keamanan diadakan di Lebanon minggu ini,” kata Barrot kepada Majelis Umum PBB pada hari Senin.
"Mendesak semua pihak untuk menghindari konflik regional yang akan menghancurkan semua orang," katanya lagi.
Catherine Russell, direktur eksekutif Dana Darurat Anak Internasional PBB (UNICEF), telah menyatakan kekhawatiran atas lonjakan serangan yang sedang berlangsung di Lebanon dan Israel, mendesak semua pihak untuk menegakkan kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional.
“Banyak anak-anak yang berada dalam bahaya, dengan ribuan keluarga mengungsi dari rumah mereka dan serangan yang terus berlanjut terhadap infrastruktur sipil,” kata Russell dalam sebuah pernyataan.
"Tingkat tekanan psikologis yang mengkhawatirkan telah dilaporkan di antara anak-anak di kedua negara, yang tidak hanya berasal dari pengungsian mendadak mereka tetapi juga dari rentetan penembakan dan serangan udara yang telah menjadi kenyataan sehari-hari mereka selama hampir setahun," imbuh dia.
Israel telah menamai operasi militernya terhadap Hizbullah sebagai "Northern Arrows", kata Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi pada Senin malam.
(***)