Orang Kaya atau Miskin Ternyata Bisa Dilihat dari Wajah, Studi Ungkap Ciri-cirinya
RIAU24.COM - Sebuah penelitian dari Universitas Toronto mengungkapkan bahwa status ekonomi seseorang dapat terlihat dari ekspresi wajah. Studi yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology ini menunjukkan perbedaan signifikan antara wajah orang kaya dan miskin, yang bisa dikenali bahkan tanpa disadari.
Penelitian ini melibatkan 160 foto hitam-putih dari 80 pria dan 80 wanita, dengan ekspresi wajah netral dan tanpa aksesori seperti tato atau tindikan.
Setengah dari foto tersebut berasal dari orang yang berpenghasilan lebih dari USD150.000 atau sekitar Rp2,2 triliun per tahun (kurs Rp 15.160 per USD), sementara sisanya merupakan pekerja dengan penghasilan dibawah Rp 531 juta per tahun.
Para peneliti meminta partisipan untuk menebak status sosial orang-orang dalam foto hanya dari wajah mereka. Hasilnya, 68 persen partisipan mampu menebak dengan akurat.
"Ketika ditanya bagaimana mereka bisa menebaknya, kebanyakan tidak tahu alasannya," ungkap R. Thora Bjornsdottir, peneliti utama, dilansir dari CNBC Make It, Minggu (22/9/2024).
Setelah eksperimen awal, peneliti memperbesar fokus pada bagian tertentu dari wajah, seperti mata dan mulut. Meskipun bagian mulut memberikan petunjuk yang lebih kuat, kombinasi keseluruhan wajah tetap menjadi indikator paling akurat.
Menurut penelitian ini, orang kaya cenderung memiliki wajah yang lebih 'bahagia' dan tidak menunjukkan tanda-tanda stres atau kecemasan yang berlebihan. Sebaliknya, orang miskin lebih sering memperlihatkan ekspresi yang terkesan lebih tertekan.
"Hubungan antara kesejahteraan dan kelas sosial sudah sering dibahas dalam penelitian sebelumnya, namun studi ini menemukan bahwa perbedaan tersebut tercermin dalam wajah seseorang," tambah Bjornsdottir.
Penelitian ini juga menyoroti potensi dampak negatif dari penilaian cepat berdasarkan wajah, terutama dalam interaksi sosial dan dunia kerja. Salah satu peneliti, Nicholas O. Rule, menyebutkan bahwa penilaian tersebut dapat memperkuat bias sosial.
Sebagai contoh, orang dengan wajah yang dianggap 'kaya' cenderung diperlakukan lebih baik atau diberi kesempatan lebih besar, sementara mereka yang tampak 'miskin' mungkin mengalami diskriminasi.
"Persepsi berbasis wajah tentang kelas sosial mungkin memiliki konsekuensi penting. Ini bisa menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada siklus kemiskinan," ujar Rule. ***