Pengakuan Guru Besar FKUI yang Sempat Jadi Korban Bullying di PPDS
RIAU24.COM - Karier Prof Dr dr Budi Iman Santoso sebelum kini menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tentu melewati jalan panjang. Spesialis obgyn yang juga ahli uroginekolog ini sempat menjadi korban bullying di masa program pendidikan dokter spesialis (PPDS).
Kala itu, ia bahkan tidak menyadari kebiasaan permintaan senior tersebut adalah tindakan bullying. Mengaku terbiasa berpikir positif, ia sempat hanya mengira tengah menghadapi proses pendekatan dengan senior.
"Tapi intinya saya ingin yakinkan bahwa anggapan korban bully menjadi pelaku bullying itu tidak benar. Makanya saat saya menjadi Kepala Departemen di obgyn FKUI, saya tidak ingin ada perundungan apapun," terang dia kepada detikcom saat ditemui di acara peluncuran buku autobiografi di aula Gedung Imeri FK UI, Kamis (12/9/2024).
Prof Budi mengenang kala diminta mencari duren tengah malam pasca mendapat praktik pelajaran dari senior terkait sectio di masa PPDS obgyn.
"Yang paling saya ingat, saat itu ditanya, 'Bud bisa sectio ga? Saya jawab belum,' 'Yasudah nanti saya ajarin, saya sectio, tapi terakhir dia bilang 'jangan lupa ya Bud,'" ceritanya, menyiratkan permintaan senior.
"Bahwa setelah itu kita memberikan sesuatu. Bayangkan, tengah malam, kita lagi nggak kepengen durian, jam 2 pagi disuruh makan durian, cari durian, di mana?"
Menurut Prof Budi, definisi bullying sebetulnya perlu dipertegas dalam regulasi, demi menghindari penilaian subjektivitas. Meski begitu, dirinya mendukung pemberian sanksi secara tegas demi memberantas pelaku perundungan.
"Apalagi misalnya dia sudah melakukan pelecehan, kekerasan, langsung drop out, sanksi keras di FKUI," tuturnya.
Prof Budi juga dikenal sebagai salah satu senior pencetus budaya baru, dari semula banyak junior yang membelikan makanan kepada senior, kini sebaliknya. Para residen khususnya di FKUI berubah.
"Kini senior yang wajib traktir junior."
"Intinya saya pernah merasakan sendiri menjadi korban bullying dan hal seperti itu tidak mendidik. Karena itu, sejak menjabat sebagai Kepala Departemen Obsgin FKUI, saya bersikeras untuk menghapuskannya," tutupnya. ***