Menu

PBB Menyerukan Penyelidikan Penuh Atas Pembunuhan Wanita Turki-Amerika di Protes Tepi Barat

Amastya 7 Sep 2024, 19:53
Eygi telah mengambil bagian dalam protes terhadap perluasan permukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat /Agensi
Eygi telah mengambil bagian dalam protes terhadap perluasan permukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat /Agensi

RIAU24.COM Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Sabtu (7 September) menyerukan penyelidikan penuh atas pembunuhan seorang wanita Turki-Amerika berusia 26 tahun selama protes di Tepi Barat.

Militer Israel telah dituduh oleh pejabat Palestina dan Turki membunuh wanita itu, yang diidentifikasi sebagai Aysenur Ezgi Eygi.

Militer mengatakan pasukannya telah menembaki seorang penghasut utama laki-laki yang menimbulkan ancaman dengan melemparkan batu ke tentara.

"Rincian insiden dan keadaan di mana dia dipukul sedang ditinjau," tambah militer.

Tidak ada komentar langsung tentang insiden itu dari kantor Netanyahu.

Siapa yang Aysenur Ezgi Eygi?

Mengutip pejabat Palestina dan Turki, sebuah laporan oleh kantor berita Reuters mengatakan Eygi telah mengambil bagian dalam protes terhadap perluasan permukiman di Tepi Barat yang diduduki Israel pada hari Jumat.

Pejabat Palestina menggambarkannya sebagai aktivis dari Seattle yang memegang kewarganegaraan AS dan Turki.

Eygi lulus dari University of Washington di Seattle baru-baru ini, kata presiden sekolah, Ana Mari Cauce, dalam sebuah pernyataan dan menggambarkan berita kematiannya sebagai mengerikan sambil menambahkan bahwa Eygi memiliki pengaruh positif pada siswa lain.

Insiden itu terjadi selama pawai protes reguler oleh para aktivis di Beita, sebuah desa dekat Nablus yang telah melihat serangan berulang terhadap warga Palestina oleh pemukim Yahudi.

'Wanita ditembak di kepala'

Menurut Kementerian Luar Negeri Turki, Eygi ditembak di kepala. Kementerian meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel atas kematiannya.

Gedung Putih mengatakan pihaknya sangat terganggu oleh kematian Eygi dan meminta Israel untuk menyelidiki.

Berbicara kepada Reuters, Fouad Nafaa, kepala Rumah Sakit Rafidia di Nablus, mengatakan bahwa wanita berusia 26 tahun itu tiba di sana dalam kondisi kritis, dengan cedera kepala yang serius.

"Kami mencoba melakukan operasi resusitasi padanya, tetapi sayangnya dia meninggal," tambah Nafaa.

(***)