Menu

Partai Buruh Abstain usai Anies Baswedan Dijegal Maju di Pilgub DKI Jakarta 2024

Zuratul 30 Aug 2024, 11:27
Partai Buruh Abstain usai Anies Baswedan Tak Maju di Pilgub Jakarta. (X/Foto)
Partai Buruh Abstain usai Anies Baswedan Tak Maju di Pilgub Jakarta. (X/Foto)

RIAU24.COM Anies Baswedan telah dipastikan tidak mengikuti kontestasi Pilgub Jakarta 2024 sebagai calon gubernur. 

Partai Buruh sebagai salah satu partai pendukung memutuskan tidak akan memberikan dukungannya kepada pasangan calon lain.

"Partai Buruh memutuskan untuk tidak ikut dalam proses dukung mendukung Pilkada Jakarta," kata Ketua Tim Pilkada Partai Buruh, Said Salahudin, saat dihubungi, Kamis (29/8/2024).

Said mengatakan Partai Buruh menilai tidak ada calon lain di Pilgub Jakarta yang bisa memenuhi tuntutan dan aspirasi mereka. 

Dia menyebut Partai Buruh sejak awal juga telah berkomitmen untuk hanya mendukung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta.

"Hal ini berangkat dari ketetapan kita yang sejak awal tidak punya calon lain yang kita anggap pantas memimpin Jakarta. Itu sikap awal kami jauh sebelum ada calon dari KIM dan PDIP. Sekalipun muncul calon dari RK dan Pramono Anung, kami rasa pilkada itu bukan sekadar soal dukung mendukung tapi soal tentang bagaimana demokrasi itu harus dirasakan oleh masyarakat," jelas Said.

Partai Buruh juga menyinggung proses demokrasi yang berjalan di Pilgub Jakarta

Said menyebut ada proses yang tidak berjalan demokratis sehingga calon yang memiliki elektabilitas tinggi justru ditinggalkan dan gagal maju berkompetisi.

"Kami rasa proses ini tidak demokratis ketika ada figur yang memiliki elektabilitas tapi karena satu dan lain alasan berbumbu politik kemudian ditinggalkan," katanya.

Dia mengatakan sikap Partai Buruh yang absen memberikan dukungan di Pilgub Jakarta juga untuk berempati pada perasaan masyarakat. 

Menurut Said, Partai Buruh menangkap gejolak di masyarakat usai Anies gagal maju di Jakarta sehingga Partai Buruh memutuskan tidak berpatisipasi dalam mendukung calon lainnya.

"Kami tidak ikut juga dalam pilkada ini karena kami ingin berempati. Partai harus punya empati ke pemilihnya kepada rakyat yang menginginkan figur bertanding di pilkada. Ketika kita denger banyak bermunculan kekecewaan masyarakat kepada partai-partai yang dulu menjanjikan Pak Anies, memberi harapan yang ternyata harapan palsu, itu kan mereka kecewa. Masa nggak ada partai yang nggak mau peduli dengan kekecewaan itu. Kekecewaan itu menandakan demokrasi di Jakarta dalam pilkada ini belum bener-bener substantif," tutur Said.

"Jadi ini nggak ada kaitan dengan namanya koalisi-koalisian, KIM lah, PDIP. Ini lebih kepada bagaiaman partai membaca memotret perasaan masyarakat Jakarta hari ini yang kecewa sehingga kami harus ikut bersama mereka dalam proses pilkada ini kami tidak ikut," sambungnya.

(***)