Menu

Giliran AS Cetak Rekor Terendah Angka Kesuburan, Banyak Wanita Tunda Punya Bayi

Devi 26 Aug 2024, 13:52
Giliran AS Cetak Rekor Terendah Angka Kesuburan, Banyak Wanita Tunda Punya Bayi
Giliran AS Cetak Rekor Terendah Angka Kesuburan, Banyak Wanita Tunda Punya Bayi

RIAU24.COM - Makin banyak warga di Amerika Serikat 'ogah' punya bayi. Angka kesuburan di AS mencetak rekor terendah pada 2023 menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Pada 2023, tingkat kesuburan AS menurun 3 persen dari tahun sebelumnya. Mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Hanya ada sekitar 55 kelahiran dalam setiap 1.000 perempuan berusia 15 hingga 44 tahun, menurut data akhir yang diterbitkan Selasa oleh Pusat Statistik Kesehatan Nasional CDC.

Bila dirinci lebih lanjut, jumlah kelahiran sebanyak 3,6 juta, sekitar 68.000 lebih sedikit dari tahun sebelumnya.

"Tidak ada satu alasan khusus mengapa tingkat kesuburan menurun di AS," kata Sarah Hayford, direktur Institute for Population Research di The Ohio State University. Sejumlah faktor sosial dan ekonomi dinilai ikut berperan, dikutip dari CNN.

Perubahan Demografi

Banyak orang memilih menunda atau tidak menikah sama sekali dengan alasan fokus dalam pendidikan untuk mendapat pekerjaan tetap yang menunjang ekonomi.

"Orang-orang menunggu untuk memiliki anak. Dan rata-rata, ketika orang menunggu lebih lama untuk memiliki anak, mereka akhirnya memiliki lebih sedikit anak," kata Hayford, yang tidak terlibat dalam laporan baru tersebut.

"Saya pikir ada juga penerimaan sosial yang lebih besar untuk tidak memiliki anak atau memiliki keluarga yang lebih kecil. Jadi karena hal itu menjadi lebih dapat diterima, orang-orang lebih hati-hati mempertimbangkan keputusan mereka untuk menjadi orang tua."

Usia Wanita Menjadi Ibu Lebih Tua

Data CDC menunjukkan angka wanita yang melahirkan terus kini rata-rata berada di usia 30 hingga 34 tahun. Sementara angka kelahiran remaja turun ke rekor terendah pada 2023, dengan sekitar 13 kelahiran untuk setiap 1.000 anak perempuan berusia 15 hingga 19 tahun.

Wanita di AS juga disebut menghadapi pergolakan besar dalam perawatan reproduksi pada tahun-tahun sejak keputusan Dobbs dari Mahkamah Agung AS membatalkan Roe v. Wade dan mencabut hak federal untuk melakukan aborsi.

Data tingkat nasional mungkin mengaburkan beberapa dampak larangan aborsi negara bagian terhadap tren kelahiran lokal. Namun, analisis dari tahun lalu menunjukkan bahwa negara bagian yang melarang aborsi memiliki tingkat kesuburan rata-rata 2,3 persen lebih tinggi daripada negara bagian yang tidak membatasi aborsi pada paruh pertama 2023, yang menyebabkan sekitar 32.000 kelahiran lebih banyak dari yang diharapkan.

"Hubungan antara hak aborsi dan tingkat kelahiran rumit. Kami masih melihat tren terkini dalam kebijakan aborsi terlihat dalam hal dampak demografis," kata Hayford.

"Namun, ternyata akses aborsi mengubah rencana orang untuk memiliki anak. Pengalaman orang yang lebih luas dengan kesehatan reproduksi juga dapat membentuk keputusan ini," katanya. ***