Menu

Babak Baru Perlawanan Palestina di Gaza, Operasi Bunuh Diri Melawan Israel 

Zuratul 22 Aug 2024, 15:04
Babak Baru Perlawanan Palestina di Gaza, Operasi Bunuh Diri Melawan Israel. (X/Foto)
Babak Baru Perlawanan Palestina di Gaza, Operasi Bunuh Diri Melawan Israel. (X/Foto)

RIAU24.COM - Kelompok perlawanan bersenjata Palestina Brigade al-Qassam memutuskan tetap melanjutkan operasi bunuh diri di wilayah Israel. 

Ini menandakan hal ini sebagai babak baru dalam pertempuran melawan tindakan genosida Israel berlanjut melewati bulan kesepuluh.

Pada hari Senin (19/8/2024), gerakan Islam Palestina, Hamas , dan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengaku bertanggung jawab atas ledakan Tel Aviv pada 18 Agustus. 

"Bekerja sama dengan saudara-saudara kami di Brigade al-Quds, sayap bersenjata PIJ, kami telah melaksanakan operasi yang terjadi di Tel Aviv," kata Brigade al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, dalam sebuah pernyataan pers, mengutip ke The New Arab (TNA).

"Serangan Tel Aviv terjadi sebagai respons terhadap kejahatan Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat kami di Jalur Gaza," lanjutnya. 

Polisi Israel dan badan keamanan internal Shin Bet menggambarkan ledakan di Tel Aviv sebagai ‘serangan teroris’, mengklaim bahwa targetnya adalah sinagoga.

Tersangka diidentifikasi sebagai seorang pria Palestina dari wilayah Nablus di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki. 

Ledakan itu terjadi di dekat sebuah sinagoge. Otoritas keamanan Israel yakin bom itu meledak sebelum waktunya dan tersangka bermaksud meledakkannya di dalam sinagoge.

Tel Aviv terakhir kali menyaksikan operasi bunuh diri pada bulan Desember 2013 ketika sebuah bom meledak di sebuah bus Israel di daerah Bat Yam. 

Saat itu, otoritas Israel menuduh empat pemuda Palestina dari PIJ sebagai pelaku operasi tersebut. 

Sebuah Fase Baru Peperangan

Osama Hamdan, pejabat senior Hamas, mengatakan dalam pernyataan pers bahwa "perlawanan Palestina masih memegang kartu yang dapat digunakan dalam konfrontasi. Kami telah mengembangkan taktik kami dalam memerangi musuh di mana saja, sepanjang waktu."

Ia berpendapat bahwa Hamas yakin bahwa taktik perlawanan baru akan memiliki dampak positif tersendiri terhadap negosiasi dengan Israel. 

"Kejahatan Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat di Gaza akan mendorong para pejuang kami mengembangkan lebih banyak metode untuk menghukumnya, bahkan di dalam kota-kota Israel," imbuh Hamdan. 

Kendatipun tampaknya gagal mencapai target, analis politik Palestina percaya bahwa operasi tersebut merupakan kekalahan bagi usaha militer dan keamanan Israel yang telah berlangsung selama 20 tahun.

Sekaligus merupakan keberhasilan besar bagi perlawanan dalam hal waktu dan lokasi, serta mengatasi sistem keamanan yang rumit.

Dalam wawancara terpisah dengan TNA, analis Palestina menambahkan bahwa perlawanan Palestina kemungkinan mengadopsi taktik ini dalam menghadapi Israel, karena semua upaya diplomatik yang dilakukan mediator untuk menghentikan pertumpahan darah Israel di Gaza gagal. 

"Israel tidak akan sanggup menanggung akibat dari operasi bunuh diri, terutama karena masyarakatnya telah kelelahan akibat perang yang sedang berlangsung di Gaza, baik secara ekonomi maupun keamanan," kata Hussam al-Dajani, seorang analis politik yang berbasis di Gaza kepada TNA.

"Tidak diragukan lagi bahwa perlawanan Palestina [terutama Hamas dan Jihad Islam] unggul dalam jenis operasi bunuh diri ini. Mereka akan kembali ke garis depan dengan kekuatan selama Israel terus melakukan pembantaian terhadap penduduk di Gaza dan bersikeras menolak inisiatif gencatan senjata," tambahnya. 

Dalam berbagai kesempatan selama sepuluh bulan terakhir, tentara Israel mengklaim bahwa mereka telah membubarkan sebagian besar batalyon Brigade al-Qassam di Gaza. 

Militer Israel juga sedang mempertimbangkan pengurangan pasukannya di lapangan sambil tetap menjaga kemungkinan pengerahan operasi darat di Gaza setiap kali situasi keamanan dan lapangan menghendaki. 

"Ini tidak berarti bahwa perlawanan Palestina di Gaza telah berakhir atau bahwa perlawanan itu tidak mengendalikan jalannya peristiwa di Tepi Barat yang diduduki dan di Israel sendiri," kata Adnan Samara, seorang analis Palestina yang berkantor di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki.

"Perlawanan itu bersatu di semua arena Palestina dan oleh karena itu, perlawanan mungkin lebih suka mengalihkan konfrontasi ke Israel melalui jenis operasi militer ini. Perlawanan Palestina menggunakan operasi bunuh diri sebagai respons terhadap kolusi AS dan internasional dengan Israel dalam perang tidak manusiawi melawan Gaza," tambah Samara. 

(***)