Menu

BPA Dilarang di Banyak Negara, Apa Risikonya bagi Kesehatan?

Devi 22 Aug 2024, 11:34
BPA Dilarang di Banyak Negara, Apa Risikonya bagi Kesehatan?
BPA Dilarang di Banyak Negara, Apa Risikonya bagi Kesehatan?

RIAU24.COM - Sejumlah penelitian telah menunjukkan dampak senyawa kimia Bisphenol A atau BPA terhadap kesehatan. Beberapa negara pun melarang dan membatasi penggunaan bahan kimia ini pada produk tertentu.
Sebut saja Kanada, Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan beberapa negara Asia seperti Malaysia, China, dan Jepang. Negara-negara ini telah melarang penggunaan BPA dalam produk bayi dan anak-anak, seperti botol susu.

Diketahui, BPA adalah senyawa kimia yang sering ditemukan dalam produk plastik, seperti botol minum, wadah makanan, pelapis kaleng, dan galon guna ulang. Ketika galon terpapar panas atau digunakan berulang kali, BPA bisa larut ke dalam air yang Anda minum setiap hari.

Studi-studi terbaru menunjukkan paparan BPA memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan manusia. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Xenobiotics pada tahun 2023 menyoroti kaitan paparan BPA terhadap risiko gangguan serius pada pembuluh darah, otot, hati, ginjal, dan jantung.

Riset tersebut menunjukkan pengaruh paparan BPA yang dapat menginduksi gangguan atau disfungsi pada jaringan tubuh, melalui berbagai jalur sinyal sel, yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular atau kardiometabolik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) pada tahun 2021 menunjukkan dampak negatif paparan BPA dalam dosis rendah terhadap perubahan struktural di otak. Selain itu, para peneliti juga menemukan adanya perubahan dalam ekspresi gen yang terlibat dalam diferensiasi seksual dan fungsi neuroendokrin di beberapa area otak, seperti hipotalamus, hipokampus, dan amigdala, serta terbatasnya efek spesifik jenis kelamin pada pembelajaran dan memori.

Di samping itu, sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal Animals pada tahun 2023 menyoroti dampak lebih luas BPA bagi kesehatan tubuh. Studi tersebut mengatakan paparan BPA tidak hanya mengganggu fungsi sistem endokrin, tapi juga dapat meningkatkan potensi penyakit obesitas dan diabetes.

Senada, jurnal yang ditulis Damaskini Valvi, dan diterbitkan National Library of Medicine mengungkapkan adanya kaitan antara paparan BPA di masa prenatal dengan kasus obesitas pada anak-anak.

Kebijakan Penggunaan BPA di Indonesia, Bagaimana Regulasinya?

Di Indonesia, pemerintah belum sepenuhnya melarang penggunaan BPA. Namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mewajibkan pelaku industri untuk memberikan label peringatan pada kemasan galon bermerek. Hal ini sebagaimana tertuang pada Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

Regulasi BPOM ini dinilai menjadi langkah langkah penting dalam melindungi kesehatan masyarakat. Apalagi mengingat risiko kesehatan yang dapat timbul akibat paparan BPA, terutama ketika galon terpapar panas atau digunakan berulang kali.

Dengan adanya aturan ini, diharapkan dapat membuat masyarakat lebih 'melek' akan bahaya BPA serta lebih bijak dalam memilih produk yang digunakan sehari-hari. Penggunaan wadah bebas BPA dapat menjadi salah satu langkah preventif untuk mengurangi risiko paparan senyawa berbahaya ini. Selain itu, memastikan produk yang digunakan memiliki label peringatan atau sertifikat bebas BPA juga penting untuk menjaga kesehatan keluarga.

Dengan semakin banyaknya negara yang melarang atau membatasi penggunaan BPA, serta semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan efek negatif BPA, kita harus semakin waspada terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh senyawa ini.

Sudah saatnya kita lebih memperhatikan produk-produk yang kita gunakan, terutama yang bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari. ***