Militer Seoul: Korea Utara Membelot ke Selatan dengan Melintasi Perbatasan
RIAU24.COM - Seorang pembelot Korea Utara melintasi perbatasan yang dibentengi ketat ke Korea Selatan dengan berjalan melintasi garis pemisah semenanjung, militer Seoul melaporkan pada hari Selasa (20 Agustus).
Sejak semenanjung itu terbagi oleh perang pada 1950-an, puluhan ribu orang Korea Utara telah melarikan diri ke Korea Selatan tetapi mayoritas melintasi perbatasan darat ke China terlebih dahulu.
Angka awal dari kementerian unifikasi menunjukkan tahun ini hingga Juni sekitar 105 orang membelot.
Militer Seoul mengatakan pihaknya menangkap satu orang yang diduga warga Korea Utara di front timur dan menyerahkannya kepada pihak berwenang terkait.
Menurut kantor berita Yonhap, pembelot itu adalah seorang sersan staf yang menerima beberapa bimbingan dari militer Korea Selatan selama pembelotan tersebut.
Jumlah pembelotan telah menurun secara signifikan sejak 2020 setelah Korea Utara menutup perbatasannya untuk mencegah penyebaran Covid 19, dilaporkan mengeluarkan perintah tembak di tempat di sepanjang perbatasan darat dengan Tiongkok.
Namun, setelah kontrol perbatasan dilonggarkan pada tahun 2023, jumlah pembelotan meningkat dengan 196 berhasil mencapai Selatan tahun lalu.
Menurut laporan media lokal, pembelot terbaru berjalan di sepanjang jalan di tepi laut di provinsi Gangwon timur, dan mengenakan seragam militer Korea Utara ketika ditangkap oleh pihak berwenang.
Ini menandai kedua kalinya bulan ini seseorang telah melintasi perbatasan maritim de facto di Laut Kuning.
Insiden pertama terjadi pada 8 Agustus.
Ini terjadi ketika hubungan antara kedua Korea berada pada salah satu titik terendah dalam beberapa tahun, dengan Korea Utara meningkatkan pengujian senjata dan membombardir Korea Selatan dengan balon pembawa sampah.
Seorang profesor di Universitas Wanita Ewha, Park Won-gon mengatakan peningkatan pembelotan menunjukkan situasi internal di Korea Utara buruk.
Sebagai pembalasan atas kampanye balon sampah Korea Utara, Seoul membatalkan perjanjian pengurangan ketegangan militer dan melanjutkan propaganda perbatasan.
“Kampanye semacam itu bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk berdampak pada pembelotan,” kata Park.
"Menyalakan pengeras suara tidak berarti Korea Utara akan segera membelot ke Selatan," pungkasnya.
(***)