Dipakai Jokowi di HUT RI, Ini Makna Baju Adat Kutai dan Banjar
RIAU24.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Negara Iriana Jokowi kompak mengenakan pakaian adat Kustin asal Kutai, Kalimantan Timur (Kaltim) pada Upacara Detik-detik Proklamasi di Istana Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pada saat Upacara Penurunan Bendera Merah Putih, keduanya memakai baju adat Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Lantas apa makna kedua baju adat yang dikenakan Jokowi?
Sebagai informasi, pakaian Kustin menandakan kasta tertinggi di Kutai Kartanegara. Kustin juga memiliki arti 'kebesaran'.
"Kerajaan Kutai Kartanegara di provinsi Kalimantan Timur adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, sekaligus cikal bakal Nusantara Indonesia. Baju Kustin adalah salah satu pakaian yang mempunyai kasta tertinggi di kesultanan Kutai Kartanegara, istilah kustin berasal dari kata kustin, yang berarti kebesaran," ujar pembawa acara menjelaskan baju adat Jokowi.
Pakaian Kustin, katanya, kerap dipakai pada upacara penting di kerajaan Kutai Kartanegara. Terlihat pakaian itu didominasi warna hitam dengan motif emas kotak di bagian dada.
"Baju ini dipergunakan Sultan pada saat upacara penting pada masa kesultanan Kutai Kartanegara dan pada saat upacara erau sebagai upacara terbesar dan termegah yang diselenggarakan di kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura," katanya.
Pakaian Kustin untuk mempelai laki-laki memakai kopiah bundar tinggi 15 sentimeter (cm) yang dinamakan setorong. Bagian bawahnya lebih besar dari bagian atasnya dan berpasmen yang berwarna keemasan. Bagi depan setorong, dihiasi dengan lambang yang berwujud wapen.
Wapen tersebut disesuaikan dengan tingkatan gelarnya, seperti seorang Aji memakai wapen Aji, Aji Bambang memakai wapen Aji Bambang, dan seterusnya. Bahannya dari belederu berwarna hitam. Lengan panjang dan kerah tinggi. Ujung lengan, kerah serta bagian dada berhias pasmen.
Celana yang dipakai adalah celana panjang warna sama dengan baju. Di luar celana, dikenakan dodot rambu, yaitu semacam kain panjang yang ujungnya diberi hiasan rumbai-rumbai berwarna keemasan. Pada bagian belakang kain menjuntai hingga ke tumit, sedangkan bagian muka hingga ke lutut.
Alas kaki memakai selop kulit berwarna hitam. Perhiasan terdiri dari kalung bersusun disematkan di baju bagian dada.
Mengutip dari penjelasan pembawa acara di upacara penutupan, Sabtu (17/8) sore, baju Adat Baamar Galung Pancar Matahari berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan. Baju adat ini memiliki makna bersinar layaknya matahari.
"Baju adat Banjar, Baamar Galung Pancar Matahari merupakan pakaian adat dari daerah Banjar Provinsi Kalimantan Selatan yang biasa digunakan untuk acara perkawinan, acara adat atau festival budaya yang menampilkan ciri khas dari Adat Banjar. Maknanya bersinar seperti matahari," kata pembawa acara di tengah upacara.
Baju Adat Baamar Galung Pancar Matahari terbuat dari kain beludru (bisa disebut beledu) dan masih sering dipakai oleh masyarakat Banjar di kesehariannya. Baju adat dilengkapi dengan manik-manik serta simbol khas naga atau kelabang, melambangkan kekuasaan.
"Terbuat dari kain beledu atau beludru yang mencerminkan kemewahan serta adanya manik-manik dan simbol khas naga atau kelabang. Simbol naga itu sendiri merupakan simbol kekuasaan, kebaikan dan keberuntungan," terangnya.