Kampanye Presiden Donald Trump Diretas, Timnya Salahkan Aktor Iran
RIAU24.COM - Kampanye presiden Donald Trump pada hari Sabtu (10 Agustus) mengklaim bahwa mereka telah diretas.
Lebih lanjut menunjukkan bahwa aktor Iran terlibat dalam mencuri dan mendistribusikan dokumen internal yang sensitif.
Para peretas dilaporkan mendistribusikan dokumen dan berkas tentang pilihan wakil presiden Trump, JD Vance.
"Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal dari sumber-sumber asing yang memusuhi Amerika Serikat, dimaksudkan untuk mengganggu pemilu 2024 dan menabur kekacauan sepanjang proses Demokrat kami," kata juru bicara kampanye Donald Trump Steven Cheung dalam sebuah pernyataan.
Outlet berita Politico mengatakan telah menerima email dengan materi kampanye dari sumber yang menolak untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri. Outlet itu mengatakan menerima set dokumen pertama pada 22 Juli melalui email.
Dokumen itu tertanggal 23 Februari, hampir lima bulan sebelum Trump memilih Vance sebagai pasangannya.
"Orang-orang Iran tahu bahwa Presiden Trump akan menghentikan pemerintahan teror mereka seperti yang dia lakukan dalam empat tahun pertamanya di Gedung Putih. Setiap media atau outlet berita yang mencetak ulang dokumen atau komunikasi internal melakukan perintah musuh Amerika dan melakukan apa yang mereka inginkan," tambah Cheung.
Microsoft menunjuk pada ancaman Iran
Berita kebocoran itu muncul sehari setelah Microsoft mengeluarkan laporan yang mendokumentasikan agen asing dan upaya mereka untuk ikut campur dalam pemilu AS pada tahun 2024.
Temuan tersebut mengungkapkan bahwa Iran sedang mengembangkan taktiknya untuk pemilu yang kemungkinan akan memiliki implikasi global.
"Sebuah kelompok yang dijalankan oleh unit intelijen Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengirim email spear-phishing ke pejabat tinggi kampanye presiden" dan "kelompok lain dengan tautan yang dinilai ke IRGC membahayakan akun pengguna dengan izin akses minimal di pemerintah tingkat kabupaten," kata laporan itu.
Laporan itu menambahkan bahwa kelompok lain yang didukung Teheran telah meluncurkan situs berita rahasia yang menggunakan AI untuk mengangkat konten dari situs berita yang sah, dan menargetkan pemilih AS di sisi berlawanan dari spektrum politik.
Ditanya tentang tuduhan tersebut, misi Iran untuk PBB di New York mengatakan kemampuan sibernya defensif dan proporsional dengan ancaman yang dihadapinya dan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk meluncurkan serangan siber.
"Pemilihan presiden AS adalah masalah internal di mana Iran tidak ikut campur," kata misi itu seperti dikutip oleh Reuters.
(***)