Menu

Gibran Sebut Nasi di Makan Siang Gratis Bisa Diganti Mi, Apa Kata Profesor Gizi?

Devi 6 Aug 2024, 19:23
Gibran Sebut Nasi di Makan Siang Gratis Bisa Diganti Mi, Apa Kata Profesor Gizi?
Gibran Sebut Nasi di Makan Siang Gratis Bisa Diganti Mi, Apa Kata Profesor Gizi?

RIAU24.COM - Wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka belum lama ini mengungkapkan menu makanan bergizi gratis bisa berbeda di setiap daerah. Ia menuturkan makanan pokok sumber karbohidrat tidak harus selalu nasi setiap hari.
Jenis sumber karbohidrat disebut Gibran bisa diganti dengan mi hingga jagung. Hal itu diungkapkan oleh Gibran ketika melakukan uji coba makanan bergizi gratis di SDN 4 Tangerang, Kota Tangerang, Senin (5/8/2024).

"Ya di tiap daerah beda-beda ya menunya ya, mungkin tidak semuanya nasi," kata Gibran dikutip dari detikNews.

"Tidak harus setiap hari nasi, mungkin ada mie, ada jagung, nggak apa-apa, nggak masalah, asalkan sekali lagi, kebutuhan nutrisi, gizi, setiap hari terpenuhi," sambungnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof Dr Ir Hardinsyah, MS menjelaskan bahwa sumber karbohidrat memang bisa didapatkan dari mana saja.

Menurutnya, menggantikan nasi putih dengan mi atau jagung pada waktu tertentu bisa menjadi cara agar nanti anak-anak tidak mudah bosan dengan makanan yang disediakan.
Terlebih secara umum, menurut Prof Hardinsyah kandungan yang ada pada nasi putih, mi, dan jagung tidak terlalu berbeda sebagai sumber karbohidrat, meskipun ketiganya mungkin memiliki kelebihan masing-masing.

"Kalau di Indonesia, terigu (bahan dasar mi)

u kan ada peraturan Kementerian Perindustrian dan Kesehatan itu wajib difortifikasi. Jadi terigu yang beredar di Indonesia itu kandungan zat gizinya lebih baik, karena ditambah zat besi, ditambah asam folat, ditambah zinc, ditambah vitamin B," ujar Prof Hardinsyah ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (6/8/2024).

Sementara untuk jagung kuning mengandung karotenoid, sumber vitamin A yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jagung putih atau nasi putih.

Prof Hardinsyah menyoroti pentingnya pihak pemerintah menemukan cara menentukan dan mengolah makanan yang sesuai dengan setiap daerah. Hal ini demi menjaga nutrisi anak dan memastikan bahwa makanan yang diberikan tetap bisa dinikmati.

"Anak Indonesia Timur mungkin lebih suka ikan, mungkin mereka barangkali kurang suka makan daging. Tapi di Jawa, favorit ayam sama telur ya. Kalau di pedalaman mungkin dia sukanya ikan air tawar kan. Jadi tergantung lokasi," tandasnya. ***