Menu

Erdogan Ungkap Kemungkinan Turki Terlibat Perang Gaza, Sebut: Kita harus Kuat Sehingga Israel Tak Lakukan Hal Konyol ke Palestina 

Zuratul 29 Jul 2024, 11:41
Erdogan Ungkap Kemungkinan Turki Terlibat Perang Gaza, Sebut: Kita harus Kuat Sehingga Israel Tak Lakukan Hal Konyol ke Palestina. (The Time of Israel)
Erdogan Ungkap Kemungkinan Turki Terlibat Perang Gaza, Sebut: Kita harus Kuat Sehingga Israel Tak Lakukan Hal Konyol ke Palestina. (The Time of Israel)

RIAU24.COM -Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Minggu (28/7/2024) bahwa Turki mungkin akan terlibat dengan Israel terkait perang Gaza. 

Hal ini juga tampak nyata seperti yang telah dilakukannya di masa lalu di Libya dan Nagorno-Karabakh. 

Namun dia tidak menjelaskan jenis intervensi apa yang ia sarankan.

Erdogan, yang telah menjadi kritikus keras terhadap serangan Israel di Gaza, mulai membahas perang itu selama pidato yang memuji industri pertahanan negaranya.

"Kita harus sangat kuat sehingga Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol ini ke Palestina. Sama seperti kita memasuki Karabakh, sama seperti kita memasuki Libya, kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka," terang Erdogan mengatakan pada pertemuan Partai AK yang berkuasa di kampung halamannya di Rize, dikutip Reuters.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak dapat melakukan ini. Kita harus kuat sehingga kita dapat mengambil langkah-langkah ini," lanjutnya. 

Perwakilan Partai AK tidak menanggapi panggilan Reuters yang meminta rincian lebih lanjut tentang komentar Erdogan. Israel tidak segera memberikan komentar apa pun.

Presiden tampaknya merujuk pada tindakan masa lalu oleh Turki. 

Seperti diketahui, pada 2020, Turki mengirim personel militer ke Libya untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Perdana Menteri (PM) Libya Abdulhamid al-Dbeibah, yang mengepalai Pemerintah Persatuan Nasional di Tripoli, diketahui didukung oleh Turki.

Turki telah membantah adanya peran langsung dalam operasi militer Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, tetapi tahun lalu mengatakan bahwa pihaknya menggunakan segala cara, termasuk pelatihan militer dan modernisasi, untuk mendukung sekutu dekatnya tersebut.

(***)