Menu

Cegah Pihak PSN Masuk Kampung, Wagra Pulau Rempang Lakukan Penjagaan 24 Jam Tolak Relokasi 

Zuratul 18 Jul 2024, 15:59
Cegah Pihak PSN Masuk Kampung, Wagra Pulau Rempang Lakukan Penjagaan 24 Jam Tolak Relokasi. (Tangkapan layar mediawartatipikor.com)
Cegah Pihak PSN Masuk Kampung, Wagra Pulau Rempang Lakukan Penjagaan 24 Jam Tolak Relokasi. (Tangkapan layar mediawartatipikor.com)

RIAU24.COM - Warga Pulau Rempang di Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang, Batam, Kepulauan Riau lakukan penjagaan dari pihak pemerintah. 

Mereka membangun posko penjagaan demi menjaga kampung dari gangguan orang tidak dikenal. 

Mereka mengkhawatirkan orang yang tidak dikenal tersebut meminta warga untuk direlokasi ke Tanjung Banon

Hal ini diakibatkan dampak dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City oleh Pemerintah di Pulau Rempang Kota Batam

Posko dijaga hampir 24 jam oleh warga dan sudah berlangsung selama 2 minggu sejak awal bulan Juli 2024.

Warga menjaga posko itu secara bergantian, dari pagi mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dijaga kalangan ibu-ibu, sementara pukul 20.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB dijaga oleh bapak-bapak. 

Ada 3 Posko yang dijaga warga setempat yaitu 2 Posko Sembulang hulu dan 1 Posko Sembulang Pasir Merah.

"Sudah dua minggu ini lah kita jaga di posko, secara bergantian, biar kampung kita kondusif dari orang-orang tidak kita kenal," kata Edi, warga Kampung Sembulang Pasir Merah, dihubungi Rabu malam (17/7).

Ia bersama warga lainnya setiap malam berjaga di Posko. 

Edi merasa kampungnya belum aman dari rencana pembangunan tahap awal Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. 

Menurut dia, berbagai cara bisa dilakukan supaya warga mau direlokasi dari kampungnya.

Edi salah satu yang bersikap untuk mempertahankan kampung halamannya. 

Dia berkata kampungnya warisan nenek moyang yang sudah ada jauh sebelum rencana Pemerintah membangun PSN Rempang Eco City.

Sikap mempertahankan kampung bukan berarti menolak pembangunan PSN

Edi mengaku tidak mempermasalahkan proyek tersebut selama dibangun tanpa menggeser warga dan menghilangkan jejak kampungnya.

"Saya tidak masalah, bang, pemerintah mau membangun Pulau Rempang, tapi jangan kami digeser dan kampung kami dihancurkan," ujar Edi.

Warga dari Kampung Sembulang Hulu bernama Miswandi mengingat kejadian 29 Juni 2024. 

Saat itu, kata dia, ada orang tidak dikenal ingin menumbangkan tiang listrik di kampungnya.

Selain itu, ada juga orang yang mengaku dari sebuah perusahaan dan BP Batam datang ke kampung mereka untuk mengukur tanah dan mendata warga.

Sementara data yang diterima CNNIndonesia.com dari warga per 17 Juli 2024, di Kampung Pasir Panjang Kelurahan Rempang Cate ada 138 Kepala Keluarga (KK) hanya 28 KK yang setuju direlokasi, sementara 110 KK menolak untuk direlokasi.

Untuk Kampung Belongkeng masih di Kelurahan yang sama dari 96 KK hanya 1 KK yang setuju direlokasi, sisanya sebanyak 95 KK menolak direlokasi.

Sedangkan Kelurahan Sembulang, seperti kampung Sembulang Hulu dari 93 KK hanya 3 KK yang setuju direlokasi, selebihnya 90 KK menolak direlokasi.

Kampung Sembulang Tanjung dari 64 KK sebanyak 51 KK yang setuju direlokasi, selebihnya 13 KK menolak direlokasi. 

Sementara Kampung Pasir Merah ada 138 KK hanya 27 KK yang setuju direlokasi, selebihnya 111 KK menolak direlokasi.

Kemudian di Kampung Sembulang Camping dari 55 KK, hanya 14 KK yang setuju direlokasi, sedangkan 40 KK tidak setuju. 

Terakhir, Kampung Sembulang Mekar Lestari ada 42 KK hanya 5 yang setuju direlokasi selebihnya 37 KK tidak setuju direlokasi.

(***)