Menu

Geger Pasutri Lansia Tewas Membusuk, Psikolog Beri Catatan Tak Viralkan Videonya

Devi 18 Jul 2024, 09:14
Geger Pasutri Lansia Tewas Membusuk, Psikolog Beri Catatan Tak Viralkan Videonya
Geger Pasutri Lansia Tewas Membusuk, Psikolog Beri Catatan Tak Viralkan Videonya

RIAU24.COM - Baru-baru ini, sepasang suami istri lansia ditemukan tewas di kamar. Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (72) jasadnya sudah membusuk saat warga menemukan mereka pada Selasa (16/7), diduga sudah meninggal sejak tiga sampai empat hari lalu.

Warga di sekitar Jonggol, Kabupaten Bogor, mulai curiga saat mencium bau tidak sedap berhari-hari dari rumah keduanya. Benar saja, pasutri lansia ditemukan ini tak bernyawa, berdampingan di atas kasur.

Kapolsek Jonggol Kompol Wagiman menyebut kecurigaan warga sudah terjadi Sejak Sabtu (12/7) hingga akhirnya melapor ke RT. Menurutnya, berdasarkan keterangan warga setempat, pasutri lansia itu hanya hidup berdua.

"Dia hanya tinggal berdua suami istri, keterangan saksi tidak tahu keberadaan anaknya di mana. Sudah lama (anaknya tidak menjenguk)," katanya kepada wartawan, Rabu (17/7)


Sayangnya, tidak sedikit warganet yang mengunggah ulang video jasad keduanya saat sudah membusuk di kamar. Memviralkan video tersebut padahal bisa menimbulkan rasa trauma dan cemas di sejumlah kelompok orang, terutama pihak keluarga.

"Bisa terpicu rasa trauma dan cemas. Memviralkan foto foto seseorang tanpa izin, apalagi jika yang bersangkutan tidak setuju juga bukan hal yang beradab," kata psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Rahma berpesan agar masyarakat bijak menyikapi informasi terkait. Alih-alih ikut menyebarkan video dan foto korban, lebih baik fokus dalam konteks informasinya saja tanpa ikut menyertakan hal yang dinilai tidak etis.

Publik diminta untuk menempatkan diri, memiliki empati, saat kejadian tersebut terjadi pada keluarga atau rekan terdekat.

"Cukup sebarkan beritanya saja. Karena kita tidak tahu apakah foto yang kita sebarkan tersebut dapat mentrigger kecemasan dan muncul kembali trauma pada orang lain yang melihatnya," tandas Rahma.

Senada, psikiater dr Lahargo Kembaren SpKJ mewanti-wanti video semacam itu bisa memicu peningkatan hormon kortisol yakni stres pada banyak orang.

"Setiap peristiwa menakutkan, menyeramkan, mengagetkan yang dilihat, didengar, dibaca dan disaksikan akan memberikan dampak psikologis bagi mereka yang terpapar dengan hal tersebut. Otak bagian depan (pre frontal cortex) akan memproses peristiwa tersebut dan mengirimkan sinyal ke pusat emosi (amygdala) dan akan dihasilkan hormon stres yaitu kortisol," sorotnya.

"Hormon stres ini memberikan konsekuensi yang tidak nyaman bagi fisik dan psikologis tubuh dan dapat menyebabkan beberapa gejala stres. Akan lebih baik tidak terlalu mudah disebar. Saring sebelum 'sharing'," pesan dia. ***