Menu

Kenalan sama Kenza Layli Juara Miss AI Pertama di Dunia

Devi 9 Jul 2024, 19:57
Kenalan sama Kenza Layli Juara Miss AI Pertama di Dunia
Kenalan sama Kenza Layli Juara Miss AI Pertama di Dunia

RIAU24.COM - World AI Creator Awards mengumumkan pemenang kontes kecantikan kecerdasan buatan pertama di dunia. Juara Miss AI dari Maroko. Para pencipta AI dari seluruh dunia dikumpulkan, lalu mereka memamerkan kreasi digital buat bersaing merebut mahkota Miss AI. Dua juri ditunjuk dari manusia sungguhan dan dua dari model yang dihasilkan AI.

Mereka menggunakan keahlian buat menilai kontestan di tiga kategori inti yaitu: realisme, teknologi, dan pengaruh sosial.

Penilaian berbasis poin itu menjadikan Kenza Layli dari Maroko sebagai pemenang, mengalahkan 1.500 wanita buatan lainnya.

Layli di dunia maya merupakan aktivis dan influencer berhijab. Dia punya lebih dari 193 ribu pengikut di Instagram. Di sana dia aktif berkontribusi buat pemberdayaan perempuan di Maroko dan Timur Tengah.

"Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini untuk mewakili pencipta AI dan untuk mengadvokasi dengan penuh semangat, dampak positif dari kecerdasan buatan. Memenangkan Miss AI memotivasi saya, bahkan lebih untuk melanjutkan pekerjaan saya dalam memajukan teknologi AI," kata Kenza Layli dalam pidato kemenangannya.

Kontes itu bertujuan buat mendemonstrasikan perubahan dalam cara memandang keindahan dan kreativitas dengan ranah kecerdasan buatan. Beda banget sama kebanyakan pihak yang merasa khawatir AI bakal mengancam, menuju dystopia.

Kenza Layli berbicara pada The NY Post, soal pandangan itu.

"AI adalah alat yang dirancang untuk melengkapi kemampuan manusia, bukan menggantikannya," katanya.

Runner-up ajang itu adalah Lalina dari Prancis disusul oleh O
livia C dari Portugal. Lalina dibuat di Paris dan memiliki lebih dari 95.000 pengikut di Instagram. Olivia C, punya lebih dari 10.000 pengikut di Instagram.

Miss AI memamerkan perpaduan teknologi dan keindahan yang mengesankan banget. Tapi banyak juga yang bilang, ajang itu mewakili risiko makin buruknya standar kecantikan yang gak realistis. Peran AI di media sosial disebut harus tetap jadi perdebatan, terlebih penampilan mereka bisa jadi standar beracun buat wanita sejati dan masyarakat keseluruhan. ***